inspirasi
Puncak Siosar, Kawasan Relokasi Bencana Jadi Objek Wisata Baru
Ketika teringat dengan Gunung Sinabung yang erupsi beberapa tahun lalu, barangkali perasaan yang muncul bisa campur aduk. Para korban pun terpaksa kehilangan tempat tinggal yang ada di sekitar Gunung Sinabung.
Masyarakat yang kehilangan rumahnya, kemudian direlokasi ke daerah Siosar. Kawasan relokasi untuk pengungsi bencana Gunung Sinabung disebut Puncak 2000 Siosar dan dijuluki Negeri di Atas Awan.
Wilayah dataran tinggi di Karo, Sumatera Utara ini menjadi tempat para pengungsi untuk menghidupkan kembali semangat dan harapan hidupnya.
Beberapa tahun terakhir, Siosar dibangun sedemikian rupa menjadi objek wisata yang indah.
Baca juga: Siapa Punakawan, Tokoh Pewayangan Jawa Penuh Makna Filosofis
Lokasinya tidak begitu jauh dari Medan dan sudah banyak fasilitas tersedia
Sebelum menjadi sebuah daerah relokasi, dulunya puncak Siosar merupakan sebuah wilayah hutan luas. Posisinya berada di ketinggian 1.750 m di atas permukaan air laut. Jaraknya dari kota Medan sekitar 95 km.
Dari Kota Medan, waktu tempuhnya kurang lebih tiga jam. Saat ini, banyak pengunjung yang mengaku takjub saat melihat pemandangan dari puncak Siosar. Ada deretan rumah mungil yang disusun dengan indah dan rapi di sana.
Bukan cuma rumah, tapi ada juga pembangunan infrastruktur untuk memudahkan kehidupan masyarakat, misalnya; layanan kesehatan, tempat ibadah, sekolah, dan balai pertemuan.
Pembangunan rumah-rumah dan infrastruktur di Siosar masih berlanjut. Ternyata memang objek wisata baru dari lahan relokasi bisa menjadi daya tarik tersendiri.
Sepanjang perjalanan ke puncak, bisa terlihat hamparan perbukitan yang indah
Akses perjalanan mencapai ke lokasi Puncak Siosar bisa dibilang tidak terlalu sulit, karena jalannya sudah dibangun dengan cukup bagus untuk dilewati kendaraan.
Sepanjang perjalanan menuju ke Siosar, pengunjung bisa bebas menikmati pemandangan hamparan lahan pertanian di kanan kiri jalan.
Saat sudah dekat ke puncaknya, pengunjung bisa melihat hamparan perbukitan hijau yang indah.
Begitu sudah sampai di Puncak Siosar, hamparan hijau terus memanjakan semua mata yang melihatnya. Apalagi udaranya juga sejuk. Itulah mengapa, banyak orang yang betah berlama-lama di Puncak Siosar
Saat sudah selesai untuk keliling di sekitar kawasan relokasi, pengunjung bisa mampir istirahat sebentar untuk melepas penat atau sambil minum kopi.
Tempat ini juga cocok untuk kegiatan santai, gathering kerabat, camping bersama, perayaan tahun baru, dan lain-lain.
Baca juga: Menelusuri Khurasan, Lokasi Bersejarah Kemunculan Dajjal
Diharapkan menjadi magnet wisata yang diminati penduduk lokal dan mancanegara
Wisata di puncak Siosar memang direncakan untuk jadi tujuan wisata baru oleh pemerintah Sumatera Utara. Seperti halnya daerah sekitar Gunung Merapi yang pernah terjadi erupsi.
Kemudain wilayah di sekitarnya ditata dengan konsep desa wisata yang juga ramai dikunjungi wisatawan. Hal seperti itulah yang jadi harapan dari pembangunan kawasan relokasi Siosar.
Demi kenyamanan wisatawan, di dalamnya dibangun vila dengan gaya arsitektur ala Belanda serta sedikit sentuhan kekinian.
Uniknya, pada saat cuacanya cerah, hamparan hijaunya ada kemiripan dengan pemandangan di New Zealand.
Tapi, edukasi untuk pengunjung juga perlu dipertegas karena di beberapa tempat terlihat banyaknya coretan yang mengganggu.
Padahal jika dirawat dengan baik bisa menjadi salah satu tujuan wisata favorit Sumatera Utara yang bisa menarik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.
Pengembangan objek wisata juga menggerakkan perekonomian masyarakat
Waktu yang disarankan untuk berkunjung adalah saat pagi hari atau sore hari karena di sana tidak ada pohon rindang yang melindungi dari paparan terik matahari.
Hanya dengan biaya Rp15 ribu, pengunjung bisa masuk dan menikmati suasana taman dan bebas berfoto-foto. Yang terkenal adalah Kebun Madu Efi dengan taman bunga yang luas.
Bukan hanya menawarkan pemandangan yang indah, tapi juga ada agrowisata budidaya lebah madu.
Pemandu bisa memberikan penjelasan, sehingga pengunjung bisa berwisata sekaligus belajar. Pengembangan wisata di wilayah relokasi Siosar sudah mulai terlihat menggerakkan roda perekonomian masyarakat di sana.
Masyarakatnya sudah banyak yang buka rumah makan, toko serba ada, ataupun kedai kopi bergaya kekinian. Jadi masyarakat tidak lagi hanya bergantung pada pertanian.
0 comments