inspirasi

10 Kebiasaan Orang Lombok, Tidak Dijumpai di Tempat Lain

Penulis:   | 

Ketika menyebut daerah Lombok, mungkin saja sebagian orang akan segera terbayang dengan keindahan wisata pantainya.

Memang benar bahwa Lombok sangat populer dengan wisata yang menarik bagi wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Kenyataannya, Lombok tidak hanya mendapat anugerah yang istimewa yang tampak di alamnya, tapi tradisi dan keunikan budayanya juga mengagumkan. Beberapa kebiasaan orang Lombok juga menarik dan tidak ada di tempat lain.

Beberapa hal yang menjadi kebiasaan orang Lombok merupakan warisan para leluhur. Meskipun sudah berlangsung sejak dulu kala, tapi ada juga yang masih tetap dilestarikan oleh masyarakatnya sampai hari ini.

Baca juga: 10 Kota Paling Aman di Dunia , Kamu Pernah Kesini?

1. Tradisi dende bunti

10 Kebiasaan Orang Lombok, Tidak Dijumpai di Tempat Lain

(foto: pinterest)

Tradisi Dende Bunti adalah proses untuk mengantar calon pengantin pria ke tempat calon pengantian wanita. Yang menjadi pengiring adalah para keluarga dan saudara, serta tokoh agama.

Orang-orang yang mengikutinya memakai busana yang sesuai dengan status sosial masing-masing. Ketika kelompok yang mengiringi mempelai pria berjalan, ada musik Arubana dan hadrah yang berbunyi.

2. Tradisi nyongkolan

10 Kebiasaan Orang Lombok, Tidak Dijumpai di Tempat Lain

(foto: radarlombok)

Nyongkolan merupakan kebiasaan orang Lombok dalam suatu pernikahan adat, yakni arak-arakan pengantin dengan pakaian tradisional dari tempat mempelai pria ke tempat kediaman mempelai wanita beserta keluarganya.

Yang dibawa adalah hasil kebun, buah, dan sayur untuk dibagi ke keluarga mempelai wanita.

Nyongkolan juga dilengkapi kelompok musisi tradisional Sasak. Tujuan dari tradisi ini adalah mengenalkan pasangan ke masyarakat.

3. Tradisi sentek panguri

10 Kebiasaan Orang Lombok, Tidak Dijumpai di Tempat Lain

(foto: tempo)

Sentek panguri sudah ada sejak zaman Kesultanan Sumbawa. Panguri memiliki asal kata ‘kuri’ yang artinya ucapan yang lembut atau santun. Ini adalah sebuah prosesi adat di mana setiap kelompok memberikan persembahan menurut adat.

Untuk wanita memakai baju lambung sedangkan untuk pria memakai baju tegep dan ikat kepala. Kaum prianya juga memakai leang, yaitu kain songket yang dililit ke pinggang dan diselipkan keris.

4. Upacara untuk mensyukuri hasil bumi

10 Kebiasaan Orang Lombok, Tidak Dijumpai di Tempat Lain

(foto: genpi)

Di Kabupaten Lombok Timur ada penampilan Mengayu-Ayu, yakni upacara tradisional yang dilakukan setiap tiga tahun sekali.

Mengayu-ayu bukan sekadar upacara, tapi wujud syukur masyarakat karena hasil bumi yang melimpah. Masyarakat juga berharap berkah dan terhindar dari bencan.

5. Maulid adat bayan

10 Kebiasaan Orang Lombok, Tidak Dijumpai di Tempat Lain

(foto: atmago)

Di wilayah Kabupaten Lombok Utara ada tradisi Maulid Adat Bayan, yaitu tiga hari yang dihitung sesudah peringatan hari Maulid Nabi Muhammad.

Prosesi adat bayan dilakukan dengan menumbuk padi memakai bambu panjang. Masyarakat memakai pakaian tradisional yang berupa tutup kepala dan kain panjang yang bisa menutup dada sampai ke kaki.

6. Atraksi lu’u daha

10 Kebiasaan Orang Lombok, Tidak Dijumpai di Tempat Lain

(foto: editornews)

Atraksi yang disebut lu’u daha adalah tarian yang terinspirasi perlawanan rakyat dari Kerajaan Dompu kepada Patih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit.

Penampilan atraksi dilakukan dengan pedang, cambuk, tombak perisai, dan juga tangan kosong.

Baca juga: Keunikan Besek, Kemasan Tradisional yang Ramah Lingkungan

7. Upacara bau nyale

10 Kebiasaan Orang Lombok, Tidak Dijumpai di Tempat Lain

(foto: kompas)

Upacara bau nyale menjadi kebiasaan orang Lombok turun menurun. Waktu untuk menggelarnya adalah bulan 10 tangga 20 sesuai penanggalan Sasak di pantai-pantai Lombok, khususnya saat air laut sedang surut.

Tradisi dilakukan dengan menangkap nyale atau cacing laut. Asal mula tradisi bau nyale ini ada cerita rakyat Putri Mandalika.

8. Kawin culik suku Sasak

Kawin culik suku Sasak

(foto: genpi)

Suku Sasak di Lombok punya tradisi unik yaitu merari atau kawin culik. Penculikan calon mempelai wanita dilakukan oleh calon mempelai pria sebelum akad nikah dilangsungkan.

Penculikan biasa dilakukan saat malam hari agar terhindar dari keributan atau kegagalan.

Kawin culik tidak diketahui pihak keluarga wanita. Untuk masyarakat Suku Sasak, kawin culik dipahami sebagai ujian kesediaan si calon mempelai wanita yang akan ikut calon suami sesudah menikah.

9. Melestarikan pakaian adat 

Melestarikan pakaian adat 

(foto: tempo)

Tradisi melestarikan pakaian adat dilakukan pada saat ada kematian. Donggo Sambori adalah pakaian yang digunakan untuk ritual kematian, dan warnanya didominasi hitam. Selaian pakaian, ada juga penutup kepala yang disebut lupe atau waku.

Bentuknya lonjong dan menjadi payung ketika hujan. Bahannya adalah daun pandan hutan dengan serat yang kuat sehingga tidak gampang robek. Dahulu pakaian seperti ini dipakai peternak dan petani sawah dan padang rumput.

10. Peresean

Peresean

(foto: indonesiakaya)

Peresean adalah seni beladiri dengan perisai khas Lombok seperti pada zaman kerajaan. Awalnya, peresean dilakukan sebelum menuju medan perang.

Saat ini, peresean menjadi suatu ajang pembuktian ketangkasan kaum pria dari Suku Sasak. Bukan hanya seni beladiri, peresean digunakan juga sebagai cara untuk memanggil hujan di musim kemarau.

Itulah kebiasaan orang Lombok yang unik dan juga memiliki nilai luhur untuk menjaga warisan nenek moyang.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.