inspirasi

Tradisi Kamomose, Usaha Cari Jodoh ala Warga Buton Tengah

Penulis:   | 

Bagi sebagian besar orang, urusan jodoh memang menjadi misteri. Ada banyak upaya yang dilakukan untuk menemukan jodoh, mulai dari cara tradisional sampai modern.

Seperti warga Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara mempunyai tradisi unik dalam hal pencarian jodoh yang disebut dengan tradisi Kamomose.

Kamomose menjadi sebuah warisan leluhur yang masih dilestarikan dan dilakukan sampai sekarang.

Dalam kamomose, ratusan muda-mudi bisa memilih sendiri calon pasangan masing-masing, tanpa memandang kasta atau kelas sosial.

Biasanya, dalam Kamomose ada ratusan gadis muda berpakaian adat duduk  memanjang sampai seratus meter. Lalu di depan para gadis disimpan sebuah baskom besar dengan lilin di dalamnya.

Setelah acara dimulai, ratusan laki-laki akan berjalan mengelilingi ratusan gadis tadi sambil melempar kacang tanah yang dibeli dari warga sekitar ke dalam baskom.

Baca juga: Kisah di Balik Tari Kinyah Mandau, Kesenian dari Suku Dayak

Prosesi lempar kacang menjadi bagian penting dalam tradisi Kamomose

Tradisi Kamomose, Usaha Cari Jodoh ala Warga Buton Tengah

(foto: sindonews)

Proses melempar kacang dianggap sebagai tanda bahwa pihak laki-laki tertarik dengan gadis yang ditunjuk.

Kemudian selepas acara, akan diselenggarakan perundingan antara kedua pihak beserta keluarganya untuk memohon persetujuan.

Jika disetujui, maka proses perkenalan bisa dilanjutkan ke tingkat yang lebih serius lagi.

Pada praktiknya, Kamomose diawali dengan proses pemukulan gong.

Setelah itu, tamu kehormatan yang terdiri dari pembesar negara, tokoh masyarakat, tokoh adat, tamu undangan, dan tuan rumah akan memasuki tempat diselenggarakannya Kamomose.

Nama tradisi ini diambil dari kata kata ‘kamomo’ yang berarti bunga yang hampir mekar dan kata ‘poose-ose‘ yang artinya berjejer secara teratur.

Dengan kata lain, Kamomose bisa juga diartikan sebagai tradisi khusus untuk mengenalkan gadis-gadis yang telah menginjak usia 7-15 tahun kepada para pemuda.

Dilaksanakan melalui musyawarah, bertepatan dengan momen hajatan masyarakat 

Tradisi Kamomose, Usaha Cari Jodoh ala Warga Buton Tengah

(foto: grid)

Pada mulanya, tradisi ini hanya bisa dilaksanakan di tempat pertemuan atau tempat khusus bernama Galampa.

Namun, seiring berjalannya waktu, Kamomose mulai dilaksanakan di tempat keluarga yang memiliki hajatan.

Saat ini, setiap keluarga yang memiliki hajatan akan bermusyawarah untuk menentukan siapa saja yang diajak mengikuti Kamomose di tempatnya.

Kemudian, keluarga yang ingin menyelenggarakan Kamomose harus menyiapkan alat-alat yang biasa digunakan seperti gendang, balok panjang untuk tempat duduk peserta, dan kacang untuk para pemuda.

Selanjutnya, penyelenggara juga diharuskan mengundang penabuh gendang yang akan mengiringi pelaksanaan acara. Sepanjang berlangsungnya acara, suasana cukup meriah.

Baca juga: 4 Fakta Desa Bendar, Kampung Nelayan Terkaya di Indonesia

Ada nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam tradisi Kamomose

Tradisi Kamomose, Usaha Cari Jodoh ala Warga Buton Tengah

(foto: misteraladin)

Warga Buton Tengah mempercayai bahwa dalam Kamomose terdapat nilai-nilai Islami seperti pande-pandeaow, adati, dan nokalambemo.

Pand-pandeaow berarti silaturahmi atau proses saling mengenal antara satu orang dengan yang lainnya.

Biasanya tradisi ini dihadiri oleh berbagai macam orang, baik warga lokal maupun yang mudik dari perantauannya.

Adati memiliki makna etika, dan lazim diketahui sebagai pengetahuan yang dapat menentukan mana yang baik dan buruk.

Tradisi Kamomose, secara tidak langsung mengajarkan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri di dunia ini. Karena itu manusia perlu hidup berdampingan dengan manusia lain di sekitarnya.

Nokalambemo berarti gadis remaja yang siap melaksanakan pernikahan. Saat proses pelemparan kacang oleh laki-laki, pihak keluarga laki-laki akan mengamati setiap gerak-gerik laki-laki tersebut.

Sehingga nantinya mereka bisa menentukan apakah laki-laki tersebut layak atau tidak bagi anak gadis mereka.

Pelaksanaan tradisi Kamomose bisa mengangkat perekonomian masyarakat

Usaha Cari Jodoh ala Warga Buton Tengah

(foto: voinews)

Pemerintah Kabupaten Buton menyadari nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Kamomose ini.

Oleh sebab itu, pihak pemerintah sangat aktif mempromosikan tradisi yang satu ini kepada wisatawan sebagai daya tarik unik juga otentik dari daerahnya.

Tujuan dari kegiatan promosi ini agar pariwisata budaya di daerah Buton semakin berkembang.

Pada zaman sekarang, tradisi Kamomose dilaksanakan setelah lebaran karena banyak perantau yang sedang mudik.

Namun sayang sekali, menurut beberapa masyarakat, tradisi turun temurun yang satu ini sudah tidak dilaksanakan seperti zaman dulu.

Masyarakat juga mengakui bahwa ada peningkatan ekonomi warga sekitar saat Kamomose dilaksanakan.

Tapi sayangnya dua tahun belakangan, Kamomose belum dilaksanakan karena pandemi Covid-19.

Semoga pandemi bisa segera usai sehingga tradisi unik ini kembali dipertunjukan kepada wisatawan lokal dan mancanegara.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.