inspirasi
Asal Usul Fashion Week, Acara yang Ditunggu-tunggu di Industri Mode
Penyuka lifestyle bidang fashion tentu sudah akrab dengan istilah fashion week, sebuah momen yang ditujukan untuk mengadakan pergelaran berbagai jenis busana hasil karya para desainer.
Tidak hanya di luar negeri, bahkan Indonesia sudah mengadakan acara ini dengan variasi yang cukup keren, ditambah semakin banyaknya desainer lokal dengan karya yang membahana.
Acara ini menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu berbagai kalangan di industri mode.
Baca juga: Mengenal Pala Siau, Komoditas Ekspor dari Ujung Sulawesi
Awalnya terbentuk karena gagasan dari Charles Frederick Worth
Charles Frederick Worth adalah seorang berkebangsaan Inggris yang kemudian pindah ke Paris Prancis. Worth awalnya bukanlah seorang desainer, tapi ia bekerja sebagai magang di perusahaan tekstil di London.
Sedikit banyak, ia mendapat pengetahuan tentang kain dan belajar tentang potret atau lukisan bersejarah dari berbagai galeri termasuk National Gallery.
Di Prancis, ia menjadi salesman di Gagelin, sebuah perusahaan ternama yang menjual tekstil di Prancis.
Ia kemudian menjadi penjahit busana profesional setelah perusahaan itu membuka departemen khusus penjahitan busana. Dari sinilah perjalanan karirnya sebagai desainer dimulai.
Desain baju yang dibuatnya menjadi terkenal karena kualitas kain dan jahitan yang digunakan.
Ia sangat memperhatikan keseimbangan ukuran pakaian. Inspirasinya adalah dari pakaian bersejarah yang ia pelajari dari potret atau lukisan bersejarah.
Pertunjukan berbagai desain bagi klien kelas atas
Karya dari Charles Frederick Worth pun mulai dikenal luas. Desainnya yang terkenal, mengundang klien kelas atas untuk memesan berbagai gaun dan pakaian yang mewah.
Ia mulai membuat acara untuk menunjukan desainnya pada para klien dan menjadi yang pertama membayar model manusia untuk memperagakan hasil rancangannya.
Cara ini kemudian dipakai oleh banyak desainer dan menjadi pagelaran yang disebut salon shows, dari akhir 1800-an hingga awal 1900-an.
Acara ini digelar di kota-kota di Eropa, seperti Paris, yang saat itu menjadi kiblat mode dunia. Acaranya digelar secara ekslusif, tertutup hanya untuk klien kelas atas.
Mengutip dari laman The Good Trade Paul Poiret dan Lucile (Lady Duff-Gordon), salon shows kemudian menjadi fashion show dengan format yang kita kenal saat ini.
Baca juga: Asal Usul Jabat Tangan, Tradisi Yunani Kuno Untuk Perdamaian
Diadaptasi di Amerika dan sempat terkendala saat masa Perang Dunia II
Bentuk fashion show ini kemudian diadaptasi oleh department store, brand dan desainer lain secara mandiri, namun rutin diadakan di Prancis sehingga mulai dikenal dengan fashion week.
Di Amerika, Ehrich Brothers menggelar acara fashion week untuk pertama kalinya di tahun 1903.
Di sisi lain, para klien, sales dan jurnalis dari berbagai penjuru dunia, termasuk Amerika Serikat, akan pergi ke Prancis hanya untuk menyaksikan pagelaran busana hasil rancangan desainer favorit mereka.
Saat Perang Dunia II pecah, situasi menjadi sulit ketika Nazi berhasil menguasai Prancis dan melarang kedatangan para jurnalis dari Amerika untuk meliput fashion week di sana.
Eleanor Lambert, seorang fashion publicist memanfaatkan kondisi ini untuk membuat mempromosikan rancangan-rancangan para desainer Amerika, yang memiliki karakter berbeda dengan rancangan dari kiblat mode dunia saat itu.
Fashion week tetap digelar secara online selama masa pandemi
Eleanor Lambert bergerak bersama Ruth Finley mengundang sejumlah desainer yang belum memiliki brand sendiri dan mengadakan pagelaran mode di Amerika.
Lambert mengundang para jurnalis untuk perhelatan mode, dan mengiklankannya dengan nama Press Week. Acara itu diadakan tahun 1943 di Hotel Plaza dengan partisipasi dari sekitar 53 desainer Amerika.
Format terakhir ini yang akhirnya dipakai juga di benua Eropa, mulai dari Milan, kemudian kembali ke Prancis, London hingga Berlin, Jerman.
Sampai sekarang, dunia fashion tetep berkembang walau sempat terguncang karena pandemi. Seperti misalnya Jakarta Fashion Week 2021 yang berlangsung 26-29 November 2020 secara online.
0 comments