inspirasi

Kisah Ratu Zaleha, Pejuang dari Dayak yang Menggempur Belanda

Penulis:   | 

Perlawanan rakyat Kalimantan Selatan melawan penjajah tidak dapat dipisahkan dari seorang sosok besar, yaitu Pangeran Antasari.

Sejarah telah mencatat namanya dengan segenap jasa yang dilakukan untuk melawan penjajah secara menyeluruh.

Bukan hanya para pejuang yang dikerahkannya untuk menghadapi penjajah, tapi juga alim ulama, kaum bangsawan, dan seluruh rakyat Banjar.

Bahkan salah satu cucunya yang dikenal dengan nama Ratu Zaleha atau Zulaiha juga menjadi pejuang pemberani. Keduanya dikenang sebagai kakek dan cucu yang sama-sama berjuang mengusir penjajah dari tanah Banjar.

Sosok Zaleha terlahir pada tahun 1880 di Muara Lawung. Ia tumbuh di tengah perjuangan keluarganya melawan Belanda dan merasakan sendiri bagaimana beratnya perjuangan kakek bersama ayahnya.

Baca juga: Mengenal Tradisi Jimpitan, Gotong Royong Bantu Ekonomi Masyarakat

Berjuang melawan penjajah bersama ayah dan suaminya

Kisah Ratu Zaleha, Pejuang dari Dayak yang Menggempur Belanda

(foto: republika)

Sejak lahir, Ratu Zaleha tumbuh dan dibesarkan di lingkungan keluarganya. Ia juga cukup dekat dengan sang kakek. Tidak heran jika ia sangat terpukul ketika kakeknya gugur.

Tapi, ia tidak menyerah begitu saja. Saat menginjak usia dewasa, ia menggantikan peran Pangeran Antasari untuk melawan penjajah bersama ayahnya.

Menurut beberapa sumber, mereka selalu dikejar oleh Belanda sampai keluar-masuk hutan hingga ayahnya pun meninggal.

Saat itu, ia mendapat hadiah berupa cincin kerajaan dari mendiang ayahnya yang telah meninggal mendahului.

Sejak saat itu, ia kemudian resmi menggantikan ayahnya sebagai pemimpin perang di kerajaannya.

Setelah penyerahan cincin warisan, ia resmi menyandang gelar ratu dan mendapatkan sebutan baru yaitu Ratu Zaleha.

Kelak, bersama suaminya yang bernama Gusti Muhammad Arsyad, ia melanjutkan perjuangan panjang keluarganya.

Sempat mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak Banjar

Kisah Ratu Zaleha, Pejuang dari Dayak yang Menggempur Belanda

(foto: wikipedia)

Perlahan tapi pasti, perannya sebagai ratu mulai diperhitungkan. Ia berhasil mengumpulkan dan menyatukan kekuatan dari berbagai suku-suku Dayak seperti Dayak Dusuun, Ngaju, Kayan, Kenyah, Bakumpai, Siang, dan Suku Banjar.

Bukan hanya mendapatkan kekuatan, ia juga bertemu dengan teman seperjuangan, yaitu Bulan Jihad atau Wulan Djihad yang merupakan pemuka Dayak Kenyah.

Selama masa perjuangan fisik, ia bersama Bulan Jihad memberikan pelajaran baca tulis bahasa Arab Melayu dan menyebarkan ajaran agama Islam untuk anak-anak Banjar.

Keduanya turut serta memberikan pengetahuan dan membentuk kesadaran perempuan-perempuan Banjar tentang peranan perempuan, ilmu pengetahuan, dan ajaran agama Islam.

Baca juga: Legenda Nyai Ronggeng, Identik dengan Kutukan Para Gadis

Penangkapan suaminya sampai ke Bogor membuatnya murka

Kisah Ratu Zaleha, Pejuang dari Dayak yang Menggempur Belanda

(foto: wikipedia)

Ternyata perjuangannya untuk mengusir penjajah dari tanah Banjar tidak pernah berjalan mulus.

Suatu hari, suaminya bersama pasukan ditangkap oleh Belanda lalu diasingkan ke Buitenzorg atau Bogor pada tanggal 1 Agustus 1904.

Ia sangat murka ketika mengetahui suaminya ditangkap, namun ia tidak pernah menyerah. Dengan ditemani para pengikutnya, ia mulai membangun pertahanan di Tambang Batu Bara Oranje Nassau dan Benteng Manawing.

Pertahanan yang dibangunnya dipersiapkan untuk melawan senjata lengkap yang dimiliki pasukan Belanda saat itu. Perlawanannya dilakukan tanpa henti dengan segenap kekuatan dan bantuan pasukannya.

Konon dalam perlawanannya tersebut, senjata kelewang miliknya pernah memotong leher serdadu Belanda saat bertempur di sekitar sungai Barito.

Perlawanannya tidak main-main, karena ia berhasil bertahan hidup setelah dikepung oleh api dan desingan peluru saat bertempur di lembah Barito yang dilalap api.

Lengan kirinya terkena peluru. Rambut panjangnya yang disanggul rapi pun harus putus terkena peluru.

Kondisi kritis, bahaya, dan seberat itu tidak pernah membuatnya rapuh. Wasiat dari almarhum ayah dan suaminya tetap dipegang teguh.

Ratu Zaleha akhirnya tertangkap dan diasingkan puluhan tahun

Kisah Pejuang dari Dayak yang Menggempur Belanda

(foto: wikipedia)

Akan tetapi, pada tahun 1906, perjuangannya menemukan titik akhir. Ia tertangkap oleh Belanda di salah satu rumah penduduk di Banjarmasin.

Ada desas desus bahwa pemilik rumah bekerjasama dengan Belanda untuk menangkap para pejuang. Ia pun menyerahkan diri mengingat kondisinya yang semakin lemah dan lengannya sudah terkena tembakan sebelumnya.

Setelah Ratu Zaleha ditahan, Perang Banjar yang dimulai sejak tahun 1859 pun berakhir. Belanda mendapatkan kebebasan untuk menjajah wilayah Kalimantan dengan leluasa sesuai ambisi sejak awal.

Setelah ditangkap, Ratu Zaleha kemudian dikirim ke pengasingan yang ada di Bogor. Di Bogor itulah ia kembali bertemu dengan suaminya.

Setidaknya 31 tahun keluarganya hidup di tanah pengasingan sebelum akhirnya kembali ke kampung halaman setelah Indonesia merdeka.

Ia meninggal pada tanggal 23 September 1953 kemudian dimakamkan di Kompleks Makam Raja-Raja Banjar di Banjaramasin, Kalimantan Selatan.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.