inspirasi
Coober Pedy, Kota Bawah Tanah di Australia Penghasil Batu Permata Terbaik
Coober Pedy merupakan salah satu kota kecil yang unik di benua Australia. Penduduknya menjalani hidup sehari-hari dalam kondisi yang ekstrem.
Suhu udaranya mencapai 40 derajat Celcius saat musim kemarau, yang menjadikannya unik adalah aktivitasnya berjalan di bawah tanah.
Rumah bawah tanah yang ditinggali oleh lebih dari 1.700 penduduk ternyata merupakan alternatif untuk melindungi diri dari matahari yang terik. Di dalam rumah bawah tanah, suhunya cenderung stabil 23 derajat Celcius.
Tidak sekadar kota di bawah tanah, Coober Pedy juga terkenal dengan hasil tambangnya berupa batu opal (salah satu jenis batu permata) yang kualitasnya diakui dunia.
Baca juga: Mirip Monyet, Anggrek ‘Dracula Simia’ Jadi Incaran Banyak Orang
Sempat ada pergantian nama kota pada tahun 1920
Coober Pedy terletak di bagian utara South Australia, tepatnya 850 kilometer dari kota Adelaide.
Nama kotanya agak unik, mungkin membuat kita bertanya-tanya. Pada awalnya kota Coober Pedy dikenal dengan Stuart Range Opal Field.
Nama tersebut berasal dari John McDouall Stuart penjelajah Eropa. Pada tahun 1858 ia pengunjung pertama di wilayah ini.
Pada tahun 1920 namanya diganti dengan alasan agar kantor pos bisa didirikan. Stuart Range tidak cocok lagi karena mirip dengan Stewart Range di Australia Barat.
Pada rapat komite penambang opal memilih Coober Pedy sebagai nama baru. Istilah tersebut berasal dari bahasa Aborigin yang artinya orang kulit putih dalam lubang.
Ada proses panjang untuk menghasilkan opal
Kurang lebih 150 juta tahun yang lalu, wilayah Coober Pedy tertutup lautan. Ketika air laut mulai surut, perubahan iklim menyebabkan penurunan permukaan air.
Larutan silica berangsur turun dan mengendap di rongga-ronga dan dan retakan tanah. Melalui proses jutaan tahun, larutan silica telah terbentuk menjadi opal.
Sebagian besar opal dunia berasal dari kota pedalaman yang kecil ini, tetapi tidak ada perusahaan pertambangan besar. Opal dapat ditemukan dengan menggali. Penambang pemula juga dapat memperoleh izin mematok sebidang tanah.
Pengunjung yang tidak mampu menyewa mesin terowongan yang mahal dapat mencoba noodling atau menggali melalui tumpukan tanah galian yang menghiasi lanskap.
Baca juga: Meski Bentuknya Aneh, Kpinga Jadi Senjata Perang Paling Mematikan di Afrika
Penduduknya sudah membangun fasilitas yang cukup lengkap
Menurut sejarah, banyak penduduk awal adalah mantan tentara yang baru saja kembali dari parit Perang Dunia I dan ahli dalam seni penggalian. Sebagian besar penduduk masih tinggal di bawah tanah sampai sekarang
Penduduk sudah memiliki alarm tersendiri apabila ada kemungkinan ancaman dari luar jadi sewaktu-waktu ada bahaya, mereka bisa langsung keluar
Meskipun di bawah tanah, di dalamnya juga ada hotel, restoran, perpustakaan, gereja, kantor pos, bahkan galeri seni yang semuanya ada di dalam tanah.
Memang fasilitasnya lengkap, hanya saja kadang ada kendala dalam hal persedian air bersih. Dilansir ABC News, penduduk setempat mendapat aliran air dari Great Artesian Basin yang terletak sekitar 24 km dari kota.
Wisata Coober Pedy memberi pengalaman untuk living underground
Dari luar, kota ini tampak sedikit menakutkan sekaligus menakjubkan. Penduduknya juga terbuka bagi siapapun yang ingin datang berwisata.
Wisatawan bisa jalan-jalan di sekitar beberapa saat dan bisa menginap. Kebanyakan penginapan memberi pengalaman untuk living underground. Harganya pun bervariasi, disesuaikan dengan budget dan fasilitas yang diinginkan.
Ada baiknya untuk berhati-hati karena banyak lubang di tanah yang ditemukan di jalanan. Beberapa tanda peringatan tersebar di berbagai penjuru agar tidak ada yang celaka.
0 comments