inspirasi

Kain Tenun Sengkang Sulawesi Selatan, Penuh Warna dan Berbahan Sutera

Penulis:   | 

Sulawesi Selatan terkenal dengan banyak hal, mulai dari wisata, lagu daerah, makanan tradisional, sampai kain tenun.

Kain tenun Sengkang Sulawesi Selatan menjadi salah satu warisan kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan.

Bukan sekadar pakaian di hari biasa, tapi juga untuk acara penting seperti upacara adat, pernikahan, kematian, dan momen sakral dalam kehidupan.

Agar masyarakat lebih mengenalnya, kain khas Sulawesi Selatan ini juga dibuat untuk bahan dompet, tas, dan masker. Inilah keunikan kain tenun Sengkang.

Baca juga: 4 Lokasi Ini Dikaitkan dengan Tanda Kiamat, Ada Danau Tiberias & Segitiga Bermuda

Masyarakat Sengkang sudah mengenal kain sutra sejak ratusan tahun

Kain Tenung Sengkang Sulawesi Selatan, Penuh Warna dan Berbahan Sutera

(foto: winnetnews)

Kain tenun dari setiap daerah memang punya keunikannya masing-masing, seperti misalnya bahan baku yang dipakai.

Di provinsi Sulawesi Selatan, budaya untuk menenun sutra sudah berkembang sejak tahun 1400-an dengan motif garis horisontal vertikal danĀ  kotak-kotak.

Kain tenun Sengkang Sulawesi Selatan dibuat dengan benang sutra dengan tekstur lembut. Pemakaian benang sutra telah berlangsung ratusan tahun lalu di tangan masyarakat Sengkang, Kabupaten Wajo.

Ada beragam corak kain tenun sutra dari Sulawesi Selatan, misalnya subbi, labba, garusuk, lagosi, moppang, dan masih banyak lagi. Beberapa coraknya masih kurang dikenal masyarakat.

Kain sutra pada umumnya dibuat jadi sarung atau lipa sabbe menurut sebutan warga setempat. Ada sebuah motif, yaitu moppang yang zaman dahulu khusus dibuat sarung untuk pengantin baru.

Warga Desa Pakanna dan Assorajang terkenal sebagai penenun dan petani ulat sutra

Kain Tenung Sengkang Sulawesi Selatan, Penuh Warna dan Berbahan Sutera

(foto: bataritour)

Kain tenun ini menjadi semakin dikenal sejak dibahas di salah satu program televisi nasional. Seperti apa bahannya, warnanya, dan cara pembuatannya bisa dilihat jelas.

Sebagai warisan nenek moyang, produksi kain tenun ini sudah menjadi tradisi yang bersifat turun-temurun di lingkungan masyarakat Sengkang, tepatnya di Desa Pakanna yang terkenal menjadi tempat tinggal para penenun dan petani ulat sutra dan juga pengrajin kain tenun sutra.

Bukan hanya di Desa Pakanna, tapi masih ada lagi desa yang terkenal dengan aktivitas produksi kain tenun Sengkang, misalnya di Desa Assorajang.

Yang menjadi unik adalah hampir semua ibu-ibu di desa bisa membuat kain tenun karena sudah menjadi warisan dari orang tuanya dulu.

Sesuai tradisi masa lampau, pembuatan selembar kain tenun masih mengandalkan keterampilan tangan penenun. Pada umumnya, motif kainnya dibuat bergaris vertikal atau bermotif bunga.

Ada lagi sebuah aturan pada motif kain tenun Sengkang bergaris yang jumlahnya harus ganjil.

Baca juga: Tari Ratoh Jaroe, Bermakna Religius dan Hanya Dimainkan Perempuan

Ada tradisi dari nenek moyang bahwa perempuan Bugis harus bisa menenun

Kain Tenung Sengkang Sulawesi Selatan, Penuh Warna dan Berbahan Sutera

(foto: tempo)

Untuk menghasilkan kain sutra terbaik, jenis sutra yang banyak dipakai adalah dari kepompong ulat sutra murbei atau Bombyx mori yang dikembangbiakkan secara khusus.

Dengan bahan terbaik, tentunya motif kainnya akan terlihat lebih berkualitas. Motif kain tenun Sengkang yang beraneka ragam diciptakan dengan benang sutra yang warnanya mencolok.

Setiap warnanya punya makna yang spesial, misalnya warna putih bermakna tentang kesucian, merah bermakna tentang kebenaran, hijau bermakna tentang kesuburan, dan kuning bermakna tentang kemuliaan.

Di balik proses pembuatannya ada filosofi yang dianggap penting dalam masyarakat Bugis, yakni tentang pendidikan anak perempuan.

Pada zaman dulu, ada anggapan kalau perempuan Bugis belum pandai menenun, akan dipandang belum sempurna.

Kebanyakan masyarakat atau wisatawan lebih menyukai warna dan motif mencolok

Kain Tenung Sengkang Sulawesi Selatan, Penuh Warna dan Berbahan Sutera

(foto: github)

Pada zaman dahulu, kain tenun Sengkang baru terbatas untuk keperluan acara keluarga saja, khususnya pada hajatan pernikahan. Berangsur-angsur kemudian banyak masyarakat yang menggunakannya pada momen hari raya.

Kebiasaan masyarakat muslim Sulawesi Selatan memakai kain tenun di hari lebaran berlanjut sampai sekarang. Pada masa awal penciptaannya, kain tenun ini bukan jenis barang yang bebas dijual untuk umum.

Tapi sekarang, seiring dengan kemajuan pariwisata Sulawesi Selatan, kain tenun Sengkang menjadi daya tarikĀ  tersendiri.

Kain tenun yang menunjukkan nilai-nilai budaya Bugis kini sudah bisa dibeli oleh masyarakat umum atau wisatawan dengan harga 200 ribuan per meter sampai jutaan.

Dari beragam pola, ternyata motif tradisional yang mencolok dan kontras lebih diminati. Kreasi motif baru dari para pengrajin juga banyak disukai agar masyarakat dari luar Sulawesi Selatan juga mengenal dan melestarikannya.