inspirasi

Aksara Hieroglif, Sistem Penulisan Paling Tua yang Dipakai Bangsa Mesir

Penulis:   | 

Aksara Hieroglif dari Mesir kuno merupakan salah satu sistem tulisan paling tua yang pernah diciptakan oleh manusia.

Meskipun orang Mesir sekarang lebih banyak berbahasa Arab, tapi bahasa Mesir kuno sudah digunakan lebih dari 3000 tahun lalu.

Ada beberapa versi bentuk tulisan Hieroglif yang pada zaman dahulu yang dipakai untuk menuliskan naskah keagamaan yang dianggap sakral.

Berbeda dengan sistem penulisan Latin, aksara Hieroglif berbentuk gambar-gambar yang tentu tidak mudah untuk membacanya.

Baca juga: Mengenal Guan Yu, Jenderal Perang Tiongkok yang Dihormati karena Kesetiaannya

Dianggap sebagai aksara para dewa dan identik dengan kedudukan yang tinggi

Aksara Hieroglif, Sistem Penulisan Paling Tua yang Dipakai Bangsa Mesir

(foto: atlasobscura)

Istilah hieroglif berasal dari bahasa Yunani yaitu hieroglyphika grammata yang artinya tulisan yang suci atau ukiran yang sakral.

Bangsa Yunani mengenal istilah hieroglyphika karena mereka pun memakai huruf sejenis untuk menuliskan teks yang dianggap suci.

Hieroglyphika kemudian diterjemahkan dalam bahasa Mesir yang memiliki arti aksara para dewa, karena bangsa Mesir zaman dahulu meyakini bahwa tulisan dan ukiran berasal dari dewa.

Zaman dahulu, hanya orang tertentu yang boleh menulis atau membaca dengan hieroglif di Mesir kuno. Terlepas dari kesakralan dan kesulitannya, juru tulis Hieroglif dianggap berkedudukan tinggi.

Ada kepercayaan di kalangan bangsa Mesir kuno bahwa kemampaun untuk membaca atau menulis Hieroglif adalah pemberian dewa kebijaksanaan.

Hanya berupa konsonan, sehingga tidak mudah untuk membacanya

Aksara Hieroglif, Sistem Penulisan Paling Tua yang Dipakai Bangsa Mesir

(foto: egyptoday)

Peradaban kuno lainnya yang sudah mengenal tulisan adalah bangsa Sumeria dengan sistem aksara paku.

Tapi aksara Hieroglif di Mesir berbeda, karena bentuknya masih berupa simbol atau wujud tulisan yang disederhanakan dengan gambar.

Cara untuk membacanya juga menyesuaikan dengan karakter yang disimbolkan. Bisa dibilang kalau cara membacanya sangat sulit.

Apalagi ada sebanyak 700 lambang dan gambar berbentuk hewan, manusia, benda-benda, dan simbol yang mirip aksara paku Sumeria yang tidak mudah dipahami maksudnya.

Aksara Hieroglif di Mesir kuno memang hanya berupa konsonan, sehingga cukup sulit untuk mengucapkan sebuah kata apa yang tepat. Tidak jelas juga vokal apa yang harusnya digunakan di antara huruf konsonan.

Baca juga: Amerigo Vespucci, Sosok Penjelajah yang Namanya Menjadi Inspirasi Amerika

Terdapat dalam beberapa ukiran bangunan kuno dan peninggalan bersejarah

Aksara Hieroglif, Sistem Penulisan Paling Tua yang Dipakai Bangsa Mesir

(foto: shutterstock)

Untuk memudahkan penelitian, arkeolog memutuskan untuk menyelipkan huruf vokal ke dalam hieroglif. Misalnya ‘e’ dan ‘a’ di antara konsonan.

Salah satu penerapannya adalah untuk nama seorang raja R’-mss dari Dinasti ke-19, lebih dikenal sebagai Ramses. Arkeolog juga mengubah konsonan ‘y’ jadi ‘i’ dan ‘w’ jadi ‘u’.

Meskipun saat itu belum berbentuk aksara seperti huruf Latin yang biasa dipakai sekarang, tapi Hieroglif banyak dipakai dalam beberapa peninggalan peradaban.

Beberapa dinding bangunan kuno dan makam raja zaman dahulu banyak memakai ukiran Hieroglif.

Sudah tidak dipakai lagi karena bangsa Mesir sekarang menuturkan bahasa Arab

Aksara Hieroglif, Sistem Penulisan Paling Tua yang Dipakai Bangsa Mesir

(foto: ifonts)

Aksara Hieroglif terakhir yang diketahui pernah ditulis adalah terdapat pada dokumen kuno tahun 394 Masehi.

Ditulis di atas lontar dan tembikar menggunakan semacam tinta dan kuas, Hieroglif saat itu belum terbaca dengan jelas.

Orang yang pertama kali berhasil menguraikan atau menjelaskan cara membacanya adalah Jean Francois Champollion.

Dalam penelitiannya di Mesir tahun 1828, Champollion memperhatikan ukiran sebuah kuil yang memiliki ukiran.

Dari tahun ke tahun, aksara Hieroglif tidak digunakan lagi dan segera digantikan dengan bahasa Arab sebagai bahasa lisan maupun tulisan yang dirasa lebih efektif.

Meskipun aksara Hieroglif tidak lagi dipakai, tapi tetap menjadi warisan sejarah yang berharga.