inspirasi

Sosok Isabel Peron, Wanita Pertama di Dunia yang Menjadi Presiden

Penulis:   | 

Pada zaman sekarang, beberapa negara di dunia dipimpin oleh perempuan. Meskipun seringkali persoalan gender masih masih menjadi isu tersendiri.

Tapi masing-masing wanita yang menjadi pemimpin negara tentu punya kapasitas yang menjadikannya dipercaya. Sudah tahukah kamu siapa wanita pertama di dunia yang menjadi presiden?

Ia adalah Isabel Peron, presiden Argentina 1974-1976. Dalam periode kepemimpinannya yang hanya dua tahun ternyata tidak lepas dari kontroversi dan skandal.

Baca juga: Sejarah Suku Zulu, Etnis Terbesar yang Berpengaruh di Afrika Selatan

Terlahir dari keluarga yang sederhana dan pernah putus sekolah

Sosok Isabel Peron, Wanita Pertama di Dunia yang Menjadi Presiden

(foto: history)

Jauh sebelum menjadi orang nomor satu di Argentina, Isabel Peron adalah seorang wanita dari keluarga sederhana. Bahkan, banyak media mengatakan bahwa orangtuanya termasuk kelas menengah bawah.

Saat lahir di kota La Rioja tanggal 4 Februari 1931 ia diberi nama Maria Estela Martinez Cartas. Seperti keluarga lain, ia disekolahkan untuk bisa belajar dengan baik.

Tapi ujian kembali menimpa keluarganya. Sang ayah meninggal, sehingga keluarganya mengalami krisis finansial. Ia tidak bisa melanjutkan sekolah di saat baru kelas lima sekolah dasar.

Menjadi penari dan sering tampil di panggung dan beberapa klub malam

Sosok Isabel Peron, Wanita Pertama di Dunia yang Menjadi Presiden

(foto: alaintruong)

Meski putus sekolah, ia sempat berlatih piano, menari, dan bahasa Prancis. Saat usia remaja, ia mulai bekerja dengan modal talentanya dalam menari.

Ia mulai terbiasa tampil di berbagai kelompok musik tradisional dan beberapa klub malam. Sampai akhirnya ia mendapat kesempatan untuk menari di teater terkenal di Buenos Aires.

Nama Isabel sebenarnya merupakan nama panggungnya yang ia pakai saat berkarier sebagai penari. Pada tahun 1956, ia bersama rombongan penari mendapat undangan untuk tampil di Panama.

Di sanalah ia pertama kali bertemu Juan Peron, mantan presiden Argentina saat itu. Penampilannya membuat Juan Peron terkesan.

Kehidupannya berubah sejak menjadi ibu negara sekaligus wakil presiden

Sosok Isabel Peron, Wanita Pertama di Dunia yang Menjadi Presiden

(foto: avaxnews)

Tidak lama setelah pertemuan pada tahun 1956, ia dipilih oleh Juan Peron untuk menjadi sekretaris pribadi.

Selain mengesankan sebagai penari dan sekretaris pribadi, tampaknya ia juga membuat Juan Peron menaruh perasaan lebih.

Apalagi Juan Peron baru kehilangan istri beberapa tahun sebelumnya. Usianya memang berbeda jauh, yakni selisih 35 tahun. Tapi akhirnya keduanya bisa melangsungkan pernikahan pada tahun 1961 dan tinggal di Madrid.

Ia sempat berkunjung ke Argentina beberapa kali untuk mendukung Juan Peron kembali mencalonkan diri sebagai presiden dan kemudian terpilih. Manuver politik dimulai saat ia menjadi ibu negara sekaligus wakil presiden.

Baca juga: Mengenal Ibnu Majid, Pelaut Muslim dan Penemu Gagasan Kompas Modern

Menggantikan peran sebagai presiden setelah suaminya meninggal

Sosok Isabel Peron, Wanita Pertama di Dunia yang Menjadi Presiden

(foto: mozello)

Pada bulan Oktober 1973, tugasnya dimulai untuk mendampingi suaminya di periode ketiga. Kedekatannya dengan Menteri Sosial Argentina saat itu, Jose Lopez Rega menjadi salah satu faktor pendukung.

Kekuasaannya di pemerintahan semakin besar. Apalagi ketika kesehatan Juan Peron mulai terganggu karena faktor usia. Secara bertahap ia mengambil peran lebih besar dalam hal politik.

Begitu Juan Peron meninggal pada tahun 1974, ia segera menggantikan peran sebagai presiden. Bukan wanita pertama di Argentina yang menjadi presiden, tapi juga di seluruh dunia.

Menghadapi krisis besar sampai akhirnya ditangkap dan diasingkan

Sosok Isabel Peron, Wanita Pertama di Dunia yang Menjadi Presiden

(foto: americasquarterly)

Meskipun sepanjang kariernya terkesan selalu mudah untuk naik ke posisi yang lebih tinggi, kenyataannya tidak demikian.

Pemerintahannya memiliki tanggung jawab besar untuk menyelesaikan masalah kerusuhan buruh, utang negara, dan kinerja kabinet yang tidak maksimal.

Dalam kondisi krisis di negaranya, kasus kriminalitas terus meningkat. Dukungan publik kepadanya mulai hilang karena berbagai masalah yang tidak mampu ia atasi sebagai kepala negara.

Ia menolak mundur meskipun semua pihak sudah mendesak. Akhirnya ia ditangkap oleh militer atas tuduhan keterlibatan tindak korupsi. Di sisa hidupnya, ia menjalaninya dalam pengasingan di Spanyol.