inspirasi

Sejarah Korek Api, Dahulu Pernah Menjadi Simbol Status Sosial

Penulis:   | 

Sejak dahulu kala, kehidupan manusia tidak terlepas dari api untuk membakar sesuatu, untuk menghangatkan, atau untuk menerangi saat gelap.

Diperkirakan korek api tradisional sudah dipakai oleh masyarakat Tiongkok sejak tahun 577 M. Saat itu korek dibuat dari kayu pinus berlapis belerang.

Meskipun korek terkesan barang yang sepele, tapi ada masa ketika orang Eropa menjadikannya sebagai simbol status sosial. Dahulu, korek berukuran besar dan harganya mahal.

Sampai pada akhirnya peradaban manusia di dunia semakin akrab dengan korek api berukuran kecil yang praktis penggunannya dan harganya murah.

Baca juga: Kisah Ken Arok, Seorang Begal yang Berhasil Membangun Kerajaan

Berasal dari dua batang kayu yang digesekkan sampai bisa menyalakan api

Sejarah Korek Api, Dahulu Pernah Menjadi Simbol Status Sosial

(foto: goodfon)

Sejak ribuan tahun lalu, manusia di dunia sudah tahu cara untuk membuat api alami. Orang zaman dulu menggunakan benda-benda yang ada di sekitar untuk memantik api.

Caranya adalah menggesekkan dua benda sampai bisa memercikkan api. Banyak metode pembuatan api telah dicoba.

Dalam waktu yang lama, cara membuat api adalah menggesekkan dua batang kayu berulang kali sampai menghasilkan nyala api.

Metodenya pun masih bertahan, hanya benda yang digunakan berbeda. Dari yang sebelumnya batang kayu kemudian memakai batu api dan baja.

Metode membuat api dari benda yang ada di alam berlangsung selama beribu-ribu tahun lamanya.

Sampai pada akhirnya tahun 1680 M ilmuwan Inggris bernama Robert Boyle melakukan sebuah percobaan. Dari percobaan Boyle ditemukan sebuah fakta bahwa zat fosfor dan belerang bisa menyala jika keduanya bergesekan.

Ilmuwan asal Inggris menciptakan cikal bakal korek api modern

Sejarah Korek Api, Dahulu Pernah Menjadi Simbol Status Sosial

(foto: wonderopolis)

Boyle yakin bahwa api yang menyala bukan akibat gesekan, tapi karena sifat alami fosfor dan belerang sendiri. Para ilmuwan lainnya setuju dengan kesimpulan dari Boyle.

Maka Robert Boyle menjadi orang yang pertama kali menemukan sebuah prinsip menciptakan api dengan cara kimiawi. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terciptanya korek api modern.

Abad ke-19 awal, korek yang berkembang di Eropa memakai berbagai senyawa kimia yang berbeda. Ada yang memanfaatkan kombinasi dari senyawa kimia yang telah ditemukan oleh Boyle.

Ada juga yang lain yang memanfaatkan gas hidrogen. Tapi, entah itu temuan Boyle ataupun gas hidrogen masih berbahaya, jadi pemanfaatannya dinilai belum berhasil sepenuhnya.

Baca juga: Asal Usul Tradisi Ulang Tahun, Lengkap dengan Kue dan Lilin

Dahulu harganya sangat mahal dan hanya dimiliki perokok yang kaya raya

Sejarah Korek Api, Dahulu Pernah Menjadi Simbol Status Sosial

(foto: etsy)

Pengembangan zat korek api masih terus diteliti ilmuwan dari banyak negara.

Pada tahun 1827, ahli farmasi Inggris bernama John Walker membuat tongkat yang panjangnya 0,9 m dengan kandungan belerang peroksida dan bisa digesekkan.

Penemuan tersebut menjadi versi awal dari korek batang yang dikenal sekarang dengan ukuran kecil-kecil. Lalu bagaimana dengan korek gas? Perkembangannya beriringan dengan korek batang.

Yang memperkenalkan adalah ahli kimia dari Jerman bernama Johan Wolfgang Doberiner pada tahun 1816. Pemantik apinya tidak memakai butana ataupun minyak untuk menjadi bahan bakarnya, tapi hidrogen.

Doberiner juga memanfaatkan platinum. Karena menggunakan platinum, maka harganya mahal. Dahulu, yang mampu memilikinya hanya para perokok yang kaya.

Ukurannya pun masih terlalu besar seperti lampu petromaks. Itulah mengapa alatnya disebut Doberiner′s Lamp.

Doberiner′s Lamp biasa ditaruh di atas meja. Penggunaan hidrogen dianggap ‘keras’ lantaran daya bakarnya sangat tinggi. Popularitasnya menurun perlahan.

Inovasi terus dilakukan, bentuknya jadi semakin praktis dan harganya terjangkau

Dahulu Pernah Menjadi Simbol Status Sosial

(foto: pixabay)

Meskipun demikian, Doberiner’s Lamp adalah kebanggaan untuk pemiliknya karena menandakan status sosial.

Pada tahun 1903, ilmuwan Austria Carl Auer von Welsbac menemukan senyawa batu api yang menggantikan platinum.

Senyawanya terdiri atas paduan piroforik, cerium, dan besi. Saat tergores akan keluar bunga api.

Dari temuan Welsbach, pengrajin bernama Louis Ronson merancang sebuah alat pemantik yang pada tahun 1910 hasil karyanya dipatenkan dengan label Pist O Liter yang kemudian berkembang jadi korek zippo yang terkenal.

Perusahaannya yang bernama Ronson Lighter Company sudah bisa memproduksi pemantik api segenggaman tangan yang bahan bakarnya diganti dari hidrogen menjadi nafta.

Persaingan yang ketat antar perusahaan menjadikan harga pemantik menjadi semakin terjangkau oleh semua kalangan.

Dari sejarahnya yang panjang, sampai sekarang korek api masih eksis di tengah masyarakat dunia dengan berbagai bentuk dan jauh lebih praktis daripada versi awal ketika baru ditemukan.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.