inspirasi

Makna di Balik Hompimpa, Sering Diucapkan di Permainan Anak

Penulis:   | 

Kalau kamu lahir dan dibesarkan pada era tahun 90-an mungkin sudah tidak asing lagi dengan permainan tradisional yang memakai awalan hompimpa.

Kalimat hompimpa atau ‘hompimpa alaium gambreng’ sering dipakai anak-anak sebagai ‘undian’ memakai telapak tangan. Sejak zaman dulu, kata ini biasa dipakai dalam permainan tradisional.

Contoh permainan tradisional yang terkenal diawali hompimpa adalah petak umpet. Hompimpa dilakukan untuk memilih siapa pemain yang akan berjaga.

Di dalam kebiasaan yang dilakukan anak-anak, ternyata ada makna yang positif dalam kata ini yang mengajarkan kerjasama dan musyawarah yang adil.

Baca juga: 5 Fakta Origami, Seni Lipat Kertas dari Jepang yang Mendunia

Hompimpa sangat familiar dalam permainan tradisional kalangan anak-anak 90-an 

Makna di Balik Hompimpa, Sering Diucapkan di Permainan Anak

(foto: warungblogger)

Ucapan ‘hompimpa alaium gambreng’ biasanya dipakai dalam permainan anak-anak di wilayah Jawa.

Tapi, untuk anak-anak di Betawi versi kalimatnya lebih panjang yaitu ‘hompimpa alaium gambreng. Mpok Ipah pakai baju rombeng’.

Hompimpa makin terkenal sejak ada tayangan Si Unyil di televisi, meskipun sebenarnya kalimat ini sudah muncul jauh sebelum tokoh Unyil dibuat.

Siapa kira-kira kalangan anak-anak 90-an yang tidak kenal kalimat yang legendaris ini?

Syarat untuk melakukannya adalah berkumpul setidaknya tiga orang untuk bermain. Tapi, lebih seru kalau lebih banyak orang.

Caranya juga mudah dan sederhana. Pemain berkerumun dan membentuk lingkaran kemudian mengucapkan ‘hompimpa alaium gambreng’ bersama-sama sambil mengayun-ayunkan telapak tangan ke kanan dan ke kiri seperti sedang mengipasi sesuatu.

Bisa jadi simbol permulaan dan menunjukkan sikap untuk musyawarah

Makna di Balik Hompimpa, Sering Diucapkan di Permainan Anak

(foto: thewriters)

Saat ‘hompimpa alaium gambreng’ diucapkan, anak-anak memajukan telapak tangan ke depan. Setelah kata gambreng, setiap anak memperlihatkan bagian telapan tangan masing-masing.

Ada yang telapak tangannya membuka ke atas, tapi juga ada yang menghadap ke bawah.

Beberapa di antaranya akan berguguran di awal, kemudian pemain mengulangi lagi sampai didapat dua orang yang terakhir untuk ditentukan dengan suit.

Dari kalimat dan gerakannya yang dilakukan ternyata punya makna yang positif. Makna di balik kalimat ini juga menjadi simbol permulaan dan menunjukkan sikap untuk musyawarah.

Bahwa untuk menunjuk seseorang untuk memainkan sesuatu, harus ada proses yang adil bagi setiap anggotanya.

Baca juga: Menelusuri Passiliran, Pemakaman Bayi dalam Pohon di Toraja

Makna di balik hompimpa ternyata berkaitan tentang mengingat Sang Pencipta

Makna di Balik Hompimpa, Sering Diucapkan di Permainan Anak

(foto: era)

Tapi sebenarnya apa makna di balik hompimpa? Memang tidak mudah untuk menelusuri dari mana asal usul kalimat ini sebenarnya.

Belum ditemukan literatur sejarah yang menjelaskan secara valid.

Melalui tradisi lisan yang berkembang di kalangan nenek moyang, dahulu konon hompimpa bunyinya adalah ‘hongpimpa alaihong gambreng’.

Kalimat tersebut berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘dari Tuhan kembali pada Tuhan, mari bermain’.

Bahkan, kalimat ‘dari Tuhan kembali ke Tuhan’ juga terdapat dalam kitab suci Alquran.

Dari sini kita tahu bahwa ternyata warisan leluhur bangsa kita benar-benar menyeluruh ke semua aspek kehidupan.

Bukan hanya karena urusan permainan untuk bersenang-senang, tapi juga agak kehidupannya bernilai ibadah.

Bukan hanya bermakna untuk mengingat Sang Pencipta, tapi juga banyak nilai kehidupan

Makna di Balik Hompimpa, Sering Diucapkan di Permainan Anak

(foto: kompas)

Bukan cuma kaya dan sangat kreatif, tapi kekayaan bahasa, budaya, dan prinsip hidup nenek moyang Nusantara juga masih bisa diteladani.

Bayangkan saja, saat bermain pun nenek moyang kita berusaha untuk ingat kepada Sang Pencipta.

Selain untuk menginat Sang Pencipta, makna di balik hompimpa juga mengandung nilai hidup seperti

  • Kerukunan walaupun beda pilihan
  • Berusaha tetap sportif
  • Menerima keputusan kelompok
  • Berani mengungkapkan pilihan
  • Memupuk persaudaraan
  • Berusaha bersikap adil.

Memang di zaman sekarang tren permainan anak-anak sudah berubah, dan sebagian tidak lagi akrab dengan hompimpa.

Tapi alangkah baiknya kalau kita tetap menjaga warisan budaya para leluhur. Jangan sampai para generasi penerus bangsa lupa dengan jati diri sebagai bangsa yang hebat.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.