inspirasi

Adnan Menderes, Perdana Menteri Turki yang Dihukum Gantung karena Kebijakan Pro Islam

Penulis:   | 

Turki kini tengah menjadi perhatian dunia usai mengalihfungsikan Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.

Keputusan ini menuai pro dan kontra dari berbagai negara di dunia. Bahkan ada negara yang menyatakan sikap tak setuju mereka dengan dalih keputusan ini merupakan satu bentuk kemunduran Turki dari negara sekuler.

Keputusan ini tak lepas dari satu nama, Reccep Tayyip Erdogan yang kini menjabat sebagai Presiden Turki. Di tangannya lah keputusan alih fungsi Hagia Sophia disetujui.

Namun jangan lupakan nama Adnan Menderes yang menjabat sebagai Perdana Menteri Turki dalam masa jabatan tahun 1950 – 1960.

Menderes juga berkontribusi besar terutama dalam memperjuangkan Islam di tengah ideologi sekuler di Turki yang ditinggalkan oleh sang bapak bangsa, Kemal Ataturk.

Siapa Adnan Menderes dan apa kiprahnya untuk negara tersebut? Simak ulasannya.

Baca juga: Viral Gerombolan Pesut Mahakam, Berikut Fakta Si Lumba-lumba Air Tawar yang Terancam Punah

Perdana Menteri pertama di Turki yang dipilih lewat proses demokrasi

Adnan Menderes, Perdana Menteri Turki yang Dihukum Gantung karena Kebijakannya Terlalu Pro Islam

(foto: turkinesia)

Dilahirkan dengan nama Ali Adnan Ertekin Menderes pada tahun 1899, ia merupakan seorang negarawan dan pemimpin pertama di Turki yang dipilih secara demokratis.

Dilahirkan di Kocarli, Provinsi Aydin, Turki, Menderes menyelesaikan jenjang sarjananya di bidang hukum.

Tidak hanya kuliah, ia juga mengikuti pendidikan militer bahkan ikut berperang demi pembebasan negaranya paa 1920-1923. Saat itu Turki memang diduduki banyak tentara asing akibat kekalahan Turki dalam Perang Dunia I.

Usai perang, Menderes masuk dan aktif dalam Partai Rakyat Republik. Ia juga terpilih menjadi anggota parlemen perwakilan Aydin pada 1931.

Saat itu, Menderes sering berbeda pendapat dengan kader partai lainnya. Hingga akhirnya ia dan Mahmut Jalal Bayar mendirikan Partai Demokrasi ketika Perdana Menteri Ismet Inonu melonggarkan kehidupan politik Turki dengan semangat demokratisasi.

Pada pemilu tahun 1950, Partai Demokrat berhasil keluar sebagai pemenang usai mengumpulkan 318 suara. Inilah yang akhirnya mengantarkannya menjadi Perdana Menteri sipil pertama di Turki.

Kiprah Adnan Menderes sebagai Perdana Menteri selama 10 tahun

Adnan Menderes, Perdana Menteri Turki yang Dihukum Gantung karena Kebijakannya Terlalu Pro Islam

(foto: haberturk)

Kemenangan Adnan Menderes menjadi Perdana Menteri tak lepas dari program kampanye yang ia tawarkan.

Selain berbagai program ekonomi berupa industrialisasi, pembangunan infrastruktur dan juga ekstensifikasi pertanian, ia juga menawarkan satu hal yang baru dibanding Partai petahana.

Alih-alih mengusung ideologi sekuler seperti yang diusung Ataturk, ia justru kembali dalam program Islamisasi masyarakat Turki.

Pertama, adzan dikembalikan dalam bahasa Arab yang sebelumnya diubah oleh Kemal Ataturk menjadi bahasa Turki.

Kedua, semua warga muslim Turki diperbolehkan kembali menjalankan ibadah haji. Ketiga, melakukan pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah dan keempat menghapus UU yang melarang wanita muslim untuk mengenakan hijab.

Empat aturan inilah yang diterapkan oleh Menderes langsung ketika mengadakan sidang pertama kabinetnya usai terpilih pada awal bulan Ramadhan.

Pada pemilu 1954, Menderes bersama partainya kembai menang, sedangkan partai peninggalan Ataturk semakin tertinggal dengan hanya memperoleh 24 kursi.

Program Isalmisasinya ia lanjutkan, seperti pembelajaran bahasa Arab, tilawah Al Quran dan tafsir hingga jenjang setara SMA.

Mendirikan 10 ribu masjid, 25 ribu sekolah tahfizh Quran dan 22 ribu sekolah khusu untuk para Khatib, mubaligh, da’I serta pengajar Al Quran.

Baca juga: Dikenal Sosok Kontroversial, Berikut Fakta Donald Trump yang Gurita Bisnisnya Ada di Indonesia

Dihukum mati karena kebijakannya yang begitu dekat dengan Islam

Adnan Menderes, Perdana Menteri Turki yang Dihukum Gantung karena Kebijakannya Terlalu Pro Islam

(foto: yenisafak)

Pada tahun 1956, Adnan Menderes mengeluarkan kebijakan yang amat berani. Yakni mengusir duta besar Israel dari Turki.

Kebijakannya yang sangat pro Islami ini juga membuatnya tak disukai banyak pihak. Padahal dari segi ekonomi, Menderes berhasil membawa negaranya meraih pertumbuhan ekonomi yang baik dan rakyat juga mendukungnya.

Tercatat pula ia berhasil membawa Turki menjadi anggota NATO, Pakta Pertahann Atlantik Utara, untuk menghadapi Uni Soviet yang komunis dan negara-negara di bawahnya.

Walaupun kepemimpinannya terbilang baik, masih ada korupsi yang melekat dalam pemerintahannya. Inilah yang membuat pihak lawan memprovokasi rakyat untuk menggulingkannya.

Pada 1960, ia dikudeta oleh Cemal Gursel dan pengikutnya dengan tuduhan mengubah konstitusi negara.

17 November 1961, ia dan dua menterinya Fatin Rustu Zorlu (Menteri Luar Negeri) dan Hasan Polatkan (Menteri Keuangan) dihukum gantung di Pulau Imrali dengan tuduhan akan mengganti paham sekuler dengan Islam.

Seorang wartawan bernama Sami Kohen berkata bahwa ia dihukum mati lantaran kebijakannya yang begitu dekat dengan Islam dan kaku dengan Israel.

Namun 29 tahun setelah kematiannya, parlemen Turki memulihkan nama baik ketiganya. Bahkan di Istanbul dibuat satu museum untuk mengenang jasanya, di Aydin ada satu universitas yang menggunakan namanya dan di Ýzmir ada satu bandara yang menggunakan namanya, Bandara Adnan Menderes.