inspirasi

Kisah Yahya Edward, Rela Berkostum Badut Demi Mengajar Ngaji

Penulis:   | 

Ada banyak cara untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Tidak perlu membayangkan hal besar seperti merancang program-program kebaikan yang rumit, cukup dengan hal sederhana dan tulus.

karena tidak jarang hal-hal kecil dan sederhana yang dilakukan dengan tulus sering kali cukup untuk memberikan dampak positif dan menjadi inspirasi bagi orang lain.

Yahya Edward Hendrawan atau yang akrab dipanggil Yahya adalah salah satu orang yang telah membuktikan hal tersebut. Pria asal Pinang, Kota Tangerang ini merupakan guru ngaji.

Namun, sosok Yahya bukanlah guru ngaji biasa. Ia memiliki cara mengajar unik yang membuat kisahnya viral di media sosial, yaitu dengan mengenakan kostum badut.

Baca juga: Mengenal Ittoqqortoormiit, Desa Warna-warni di Ujung Bumi

Yahya Edward punya strategi khusus saat mengajar anak-anak baca tulis Alquran

Kisah Yahya Edward, Rela Berkostum Badut demi Mengajar Ngaji

(foto: kumparan)

Mengajar anak-anak memang memerlukan strategi khusus. Pasalnya, anak-anak sering kali tidak fokus dan malas-malasan. Tidak hanya saat belajar formal di sekolah, tapi juga saat belajar membaca Alquran di waktu luang.

Hal itu menjadi salah satu alasan Yahya Edward selalu mengenakan kostum badut setiap mengajarkan baca tulis Alquran.

Motivasi terbesarnya adalah ingin agar anak-anak di lingkungannya mau mengaji dengan perasaan senang hati.

Lokasinya mengajar tidak terlalu jauh dari tempatnya tinggal, yaitu Panti Asuhan Darussalam, Pinang, Kota Tangerang.

Dalam beberapa kesempatan, ia bahkan tidak mengajar sendiri melainkan turut ditemani oleh sang putra yang bernama Bacil.

Berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan efektif

Kisah Yahya Edward, Rela Berkostum Badut demi Mengajar Ngaji

(foto: kompas)

Menariknya, setiap kali ikut mengajar di panti asuhan, Bacil juga akan berpenampilan sama seperti ayahnya, yaitu mengenakan kostum badut.

Sebagaimana kostum badut lucu pada umumnya, Yahya Edward dan Bacil mengenakan berbagai atribut berwarna cerah mulai dari pakaian, wig, hingga hidung merah bagai tomat.

Selain penampilan, tentu saja kostum badutnya juga didukung dengan ekspresi wajah, trik sulap, dan tingkah yang menyenangkan hingga membawa suasana ceria.

Meski begitu, ia tidak melupakan tugasnya sebagai guru ngaji, di mana kualitas bacaan Alquran murid-muridnya tetap menjadi tujuan utama.

Baca juga: Pol Pot, Pemimpin Komunis yang Jadi Mimpi Buruk Masyarakat Kamboja

Dahulu pernah bekerja jadi badut dan kini menjadi ‘Abu Nawas modern’

Kisah Yahya Edward, Rela Berkostum Badut demi Mengajar Ngaji

(foto: aa)

Hal ini terlihat dari interaksi yang dilakukannya dengan para murid yang terlihat seperti meminta mereka untuk mengulangi pelafalan bacaan yang ia ajarkan hingga fasih.

Saat ada beberapa anak yang melafalkan dengan kurang sempurna, ia akan memberikan semangat agar anak-anak tidak berputus asa dalam menyempurnakan pelafalannya.

Metode mengajar yang dilakukannya tentu membuat anak-anak termotivasi untuk menjadi lebih baik dan tidak minder.

Sebelum menjadi guru ngaji, profesi utamanya sejak tahun 2010 adalah sebagai badut. Lalu pada tahun yang sama, ide untuk mengajar anak-anak mengaji di panti asuhan datang dari gurunya.

Guru dari ‘Ustadz Badut’ ini ingin agar ia menjadi Abu Nawas versi modern.

Sebagaimana kisah-kisah Abu Nawas yang dikenal ceria dan jenaka namun juga cerdas, ia pun mengemas dirinya menjadi sosok badut yang mengajar mengaji.

Meski pilihannya dianggap memalukan, Yahya Edward tetap konsisten menjalankan peran

  Rela Berkostum Badut demi Mengajar Ngaji

(foto: kumparan)

Meski banyak yang mengapresiasi apa yang dilakukan Yahya, ternyata ia juga sempat mendapat respon yang kurang menyenangkan.

Salah satunya adalah beberapa anak yang takut dengan sosok badutnya. Namun seiring berjalannya waktu, anak-anak tersebut menjadi berani.

Selain itu, metode mengajar ngaji Yahya juga mendapat penolakan dari ayahnya yang sudah meninggal dunia. Sang ayah sempat mengatakan bahwa yang ia lakukan merupakan hal memalukan.

Meski sakit hati, Yahya Edward tetap melanjutkan metodenya. Baginya, yang ia harapkan dari bekerja paruh waktu menjadi badut sekaligus memasukkan nilai-nilai agama di dalamnya adalah keberkahan dari Allah SWT.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.