inspirasi

Kisah Nabi Nuh, Umatnya yang Ingkar Tenggelam dalam Banjir Besar

Penulis:   | 

Nabi Nuh AS adalah salah seorang utusan Allah yang terkenal dengan keteguhan hatinya. Kesabarannya yang luar biasa juga menjadikannya bergelar ulul azmi.

Diberi amanah untuk berdakwah di tengah-tengah Bani Rasib, Nabi Nuh banyak diuji dengan kesulitan karena sebagian besar umatnya sangat ingkar.

Bahkan, sepanjang  dakwahnya selama 950 tahun, umatnya yang taat hanya segelintir.

Satu kisahnya yang bersejarah adalah ketika membangun bahtera dan bisa menyelamatkan umatnya dari banjir besar. Beginilah kisah Nabi Nuh selengkapnya.

Baca juga: Asal usul Kata OK, Bahasa Gaul yang Tercipta Sejak Tahun 1839

Nabi Nuh memiliki ketabahan yang luar biasa dalam berdakwah pada umatnya

Kisah Nabi Nuh, Umatnya yang Ingkar Tenggelam dalam Banjir Besar

(foto: pixabay)

Sebagai nabi ketiga, Nabi Nuh merupakan seorang keturunan  Nabi Adam yang kesembilan.

Alquran memang tidak menyebut tempat tinggalnya secara spesifik, tapi sejumlah ulama sepakat bahwa dakwahnya berada di kawasan yang sekarang terkenal dengan Kufah dan Irak.

Namanya berasal dari bahasa Suriah yang artinya bersyukur. Dalam perannya sebagai utusan Allah, ia mendapat gelar sebagai abdus syakur yang artinya hamba yang bersyukur dan ulul azmi yang berarti nabi yang punya ketabahan luar biasa.

Bentuk ketabahannya adalah saat menghadapi kaumnya, termasuk keluarganya sendiri. Padahal jelas-jelas yang disampaikannya adalah kebenaran dari Allah, tapi selalu ingkar dan durhaka.

Selama ratusan tahun dakwahnya, hanya berhasil diterima oleh 80 orang. Bahkan umatnya yang taat justru sempat diusir dari daerahnya sendiri oleh penguasa zalim pada zamannya.

Dahulu umatnya beriman, lalu berubah menjadi penyembah berhala

Kisah Nabi Nuh, Umatnya yang Ingkar Tenggelam dalam Banjir Besar

(foto: alaraby)

Meskipun terkenal ingkar, tapi umat Bani Rasib pada awalnya adalah orang yang beriman dan taat beribadah kepada Allah.

Di sana terdapat lima orang lelaki saleh yang begitu dihormati penduduknya. Suatu hari kelimanya wafat, sehingga kaum Bani Rasib sangat kehilangan.

Untuk mengobati rasa kehilangan, dibangunlah patung-patung yang kemudian menjadi berhala.

Lama-lama, kebiasaan Bani Rasib ternyata makin menyimpang karena menyembah patung-patung yang diciptakannya sendiri. Bahkan sampai beberapa generasi, kondisi umat benar-benar jauh dari Allah SWT.

Meskipun kondisi umatnya penuh penyimpangan, tapi Nabi Nuh tetap menyampaikan risalah dari Allah SWT. Dakwahnya dilakukan dengan upaya yang maksimal dengan sikap bijaksana dan sikap yang santun.

Baca juga: Kisah Nabi Yaqub, Pelajaran Bagi Orangtua Mendidik Anak

Turun perintah Allah untuk membuat bahtera sebelum terjadi banjir besar

Kisah Nabi Nuh, Umatnya yang Ingkar Tenggelam dalam Banjir Besar

(foto: pinterest)

Kezaliman mayoritas kaumnya pun semakin menjadi-jadi. Ketika diperingatkan tentang azab malah menantang supaya azab didatangkan.

Kenyataannya, hanya Allah yang bisa mendatangkan azab. Kemudian ia berdoa pada Allah agar umatnya yang ingkar bisa mendapat pelajaran.

Maka turunlah perintah dari Allah untuk membuat bahtera atau kapal besar yang bisa mengangkut manusia dan hewan.

Sebaliknya, azab banjir besar akan menimpa umat yang durhaka. Karena itulah, bahtera segera dibangun untuk menghadapi banjir besar.

Saat bahtera dalam proses pembuatan, umatnya terus-terusan mengejeknya karena peristiwa banjir bandang dianggap mustahil.

Setelah bahtera selesai dibuat, umat yang beriman dikumpulkan untuk diajak naik ke bahtera. Begitu juga hewan-hewan yang berpasang-pasangan.

Banjir bandang menggenangi daratan, dan orang yang ada di dalam bahtera selamat

Kisah Umat yang Ingkar Tenggelam dalam Banjir Besar

(foto: gettyimage)

Begitu semuanya siap, maka langit jadi gelap dengan mendung hitam seperti akan menggulung langit.

Angin sangat kencang bertiup, hujan turun sangat deras, dan petir pun menyambar. Lama-lama, banjir bandang semakin tinggi menggenangi daratan.

Sampai gunung-gunung pun terendam. Yang selamat hanya yang berada di bahtera.

Orang-orang kafir bersikeras menyelamatkan diri mereka dari terjangan banjir, tidak ingin ikut dalam bahtera, tapi justru tenggelam kemudian. Kondisi banjir bandang sesuai dengan yang sudah diperingatkan Allah sebelumnya.

Apa yang terjadi setelah banjir? Banyak dugaan muncul tentang berapa lamanya kapal Nabi Nuh diterjang banjir. Ada yang menyebutnya enam bulan kemudian berlabuh di Gunung Judi.

Saat ini wilayah pendaratannya meliputi distrik Bohtan di Turki sampai ke Armenia, dan perbatasan negara-negara Turki, Irak, dan Suriah.