inspirasi

Kisah Nabi Yaqub, Pelajaran Bagi Orangtua Mendidik Anak

Penulis:   | 

Nabi Yaqub AS merupakan putra Nabi Ishaq bin Ibrahim AS yang membawa banyak keteladanan. Keberadaannya termasuk dalam garis keturunan yang dimuliakan.

Kelahirannya telah disampaikan jauh-jauh hari oleh para tamu Nabi Ibrahim yang terdiri atas para malaikat. Kisah Nabi Yaqub juga terangkum di dalam beberapa surat di Alquran.

Diutus untuk menyampaikan risalah pada kaum di wilayah Syam, ia juga mendapat ujian berat terkait perannya sebagai ayah yang mendidik dua belas anak.

Salah satu anak kesayangannya adalah Nabi Yusuf, walau keduanya harus terpisahkan sekian lama.

Sampai akhirnya bisa bertemu kembali dengan jalan dan keadaan yang tidak disangka-sangka. Inilah kisah tentang Nabi Yaqub.

Baca juga: Kisah Hidup Ibu Sud, Sang Maestro Lagu Anak Indonesia

Lebih dekat dengan ibunya dan pernah berseteru dengan saudara kembarnya

Kisah Nabi Yaqub, Pelajaran bagi Orangtua Mendidik Anak

(foto: wikipedia)

Nabi Yaqub terlahir kembar dengan saudara kembar bernama Ishu atau Esau. Saat lahir, tangannya memegang tumit Ishu. Sejak kecil ia lebih dekat dengan ibunya.

Kedua orangtuanya mendidiknya dengan baik dengan ajaran ketaatan pada Allah, sehingga kelak ia bisa menjadi orang saleh dan pemimpin umat yang baik.

Sampai suatu hari, terjadilah perselisihan dengan Ishu yang senang berburu kijang. Dibandingkan dengan saudaranya, ia lebih suka berada di rumah mendalami agama.

Menjalankan amanah sang ayah agar hijrah ke tempat pamannya di Irak

Kisah Nabi Yaqub, Pelajaran bagi Orangtua Mendidik Anak

(foto: sindonews)

Ayahnya mendoakan agar kelak menjadi seseorang yang memiliki keturunan nabi-nabi. Mendengar hal tersebut, Ishu merasa kecewa dan memiliki suatu rencana yang kurang baik.

Sebelum rencana terlaksana, ibunya mengetahui juga dan kemudian ia diminta pergi ke rumah paman di Irak. Pergilah ia ke Fadan A’raam, untuk bertemu paman yang bernama Laban bin Batuil.

Sesuai nasihat sang ayah, ia pergi ke Fadan A’raam yang ada di Irak. Setelah beberapa hari melewati sebuah padang pasir, barulah ia tiba di tempat tujuan. Saat mencari kediaman pamannya, ia bertanya ke salah seorang penduduk.

Penduduk menunjukkan ke arah Rahil, seorang perempuan yang jelita yang ternyata merupakan anak kedua Laban bin Batuil.

Sesudah mengenalkan diri, ia pun segera diajak bertemu Laban. Ternyata ia sedang menjalankan amanah ayahnya agar ia menikahi putri Laban.

Baca juga: Kisah Nabi Ishaq, Putra Ibrahim Sebagai Cikal Bakal Bani Israil

Dinikahkan dengan kedua putri pamannya dan mendapat karunia 12 orang anak

Kisah Nabi Yaqub, Pelajaran bagi Orangtua Mendidik Anak

(foto: discoverislam)

Permintaan tersebut disetujui dengan persyaratan ia harus bekerja dengan Laban selama tujuh tahun sebagai mahar. Setelah tujuh tahun berlalu, ia dinikahkan dengan putri pertama Laban yang bernama Laiya.

Meskipun ia sebenarnya lebih menginginkan Rahil, dan ia utarakan keinginannya. Saat itu belum ada larangan untuk menikahi kakak beradik.

Setelah bekerja tujuh tahun kemudian, ia diperbolehkan menikahi dua putri pamannya beserta dua perempuan lagi yang menjadi pembantu keluarga.

Dari empat istrinya, lahirlah dua belas orang anak, salah satunya adalah Nabi Yusuf yang lahir dari Rahil.

Nabi Yusuf adalah anak kesayangannya, bersama dengan anak bungsu bernama Bunyamin yang memang memiliki kelebihan.

Di sinilah mulai timbul masalah karena anak-anak yang lain merasa iri karena merasa diperlakukan tidak adil.

Sempat berpisah dengan anak kesayangan dan berusaha mendidik semua anaknya dengan adil

Kisah Nabi Yaqub, Pelajaran bagi Orangtua Mendidik Anak

(foto: kompasiana)

Seperti yang dikisahkan dalam Alquran, anak-anaknya suatu hari berniat mengajak Nabi Yusuf yang masih remaja pergi. Ternyata Nabi Yusuf dibuang ke sumur dan ditinggalkan.

Itulah yang menjadikannya harus rela kehilangan salah satu anaknya yang paling dekat dengannya.

Ternyata Nabi Yusuf yang dibuang ke sumur tidak mengalami celaka, karena dipungut oleh musafir yang mengambil air dan dijual sebagai budak ke pembesar Mesir.

Sebagai ayah, ia terus menangisi kepergian putranya. Penglihatannya sampai hilang bertahun-tahun. Ia juga selalu berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosa anaknya yang lain.

Sampai beberapa tahun kemudian ada kabar bahwa Nabi Yusuf sebenarnya masih hidup dan sudah jadi orang penting di Mesir, bahkan bisa bertemu kembali dengan saudara-saudara yang lain.

Sebuah gamis Nabi Yusuf yang diusapkan ke matanya bisa membuatnya bisa melihat kembali atas izin Allah. Atas izin Allah pula, ia dapat menyusul ke Mesir dan berkumpul kembali dengan keluarga .