inspirasi

Keunikan Meganeura, Serangga Paling Besar yang Hidup di Dunia

Penulis:   | 

Pernahkah kamu melihat capung berukuran raksasa bernama Meganeura atau setidaknya mendengar namanya? Panjang sayapnya adalah 65-70 cm atau 12 kali lipat lebih besar daripada capung pada umumnya.

Bisa dibayangkan kalau ukurannya sangat menakjubkan. Meskipun family Meganeuridae punya sayap yang merentang besar, tapi tubuh mereka relatif ringan.

Menurut penelitian, ditemukan bahwa spesies hewan-hewan yang hidup di zaman modern sekarang adalah hasil dari evolusi ‘nenek moyang’ pada masa lalu.

Jika dicermati dari replika atau fosilnya, tidak sedikit dari mereka yang dulunya adalah serangga raksasa yang ukurannya jauh melebihi ukuran serangga yang kita lihat hari ini di lingkungan sekitar.

Wajar saja misalnya manusia zaman sekarang tidak tahu apa itu Meganeura si capung raksasa karena memang sudah punah dan kini tinggal ada fosil dan replikanya saja.

Baca juga: Kerbau Tana Toraja, Berharga Ratusan Juta dan Dianggap Sakral

Daftar isi

Hidup di zaman prasejarah dan fosilnya pernah ditemukan tahun 1880 di Prancis

Keunikan Meganeura, Serangga Paling Besar yang Hidup di Dunia

(foto: nationalgeographic)

Kurang lebih 300 juta tahun yang lalu atau yang disebut sebagai Zaman Karbon, hiduplah serangga yang dikenal dengan Meganeura Monyi. Dilihat dari fosilnya mirip capung, namun jauh lebih besar ukurannya.

Meganeura termasuk hewan karnivora, karena yang jadi mangsanya adalah amfibi atau serangga lainnya yang ukurannya kecil.

Mereka termasuk family Meganeuridae, yaitu serangga yang mirip seekor capung raksasa di zaman prasejarah, tepatnya zaman Karbon Akhir (2,5-300 juta tahun lalu) hingga Permian Tengah (0,8-299 juta tahun lalu).

Fosilnya pernah ditemukan pada tahun 1880 di Prancis. Lima tahun berikutnya, paleontolog Prancis bernama Charles Brongniart mendeskripsikan dan memberi nama fosil dengan Meganeura yang artinya bersaraf besar.

Habitat mereka disebut-sebut cukup dekat dengan daerah berair seperti kolam dan sungai.

Setelah fosilnya ditemukan, ada beberapa kontroversi dalam penelitiannya

Keunikan Meganeura, Serangga Paling Besar yang Hidup di Dunia

(foto: nationalhistory)

Namanya sendiri mengacu ke jaringan dan sel pembuluh darah sayap hewan serangga. Temuan fosil yang lain juga ditemukan hampir seabad kemudian, yakni tahun 1979 di daerah Bolsover, Derbyshire, Inggris.

Beberapa fosilnya disimpan dengan rapi di Paris, tepatnya di National Museum of Natural History.

Mungkin orang di zaman sekarang penasaran bagaimana kira-kira ukuran serangga pada zaman Karbon bisa tumbuh sedemikian besar. Ternyata di dalamnya juga muncul beberapa kontroversi.

Menurut Geology Page, kadar oksigen dan juga kepadatan atmosfernya menjadi penyebab utama. Tekanan oksigen yang tinggi di atmosfer mempengaruhi kondisi pada saat itu agar serangga besar berevolusi.

Baca juga: Fenomena Pareidolia, Ketika Benda Mati Terlihat seperti Wajah

Kadar oksigen dan kepadatan udara bisa berpengaruh pada ukurannya

Keunikan Meganeura, Serangga Paling Besar yang Hidup di Dunia

(foto: nationalgeographic)

Capung raksasa mampu terbang lantaran saat itu atmosfernya menyediakan oksigen yang lebih banyak sekitar 20 persen dibanding sekarang ini.

Teori tersebut awalnya sempat ditolak ilmuwan, tapi setelah dianalisis lebih lanjut ternyata ilmuwan pada zaman sekarang bisa sepakat tentangnya.

Bahwa memang ada kaitan antara tersedianya oksigen di alam dan kondisi gigantisme hewan.

Jika hipotesisnya benar, maka serangga akan lebih rentan dengan turunnya kadar oksigen, sehingga akan cenderung sulit bertahan di tengah atmosfer modern saat ini.

Penelitian lainnya menunjukkan jika serangga bernapas melalui mekanisme yang disebut ekspansi trakea.

Analisis terkini soal energi yang digunakan serangga dan burung untuk terbang menunjukkan suatu pola. Bahwa kadar oksigen dan juga kepadatan udara bisa berpengaruh pada ukuran.

Selain faktor oksigen, keberadaannya dipengaruhi juga oleh predator di udara

Serangga Paling Besar yang Hidup di Dunia

(foto: landofthedead)

Ukuran fisiknya yang terlalu besar untuk jenis serangga menyebabkan mereka menjadi jauh lebih lambat daripada capung pada umumnya di zaman modern.

Selain faktor oksigen, ternyata minimnya predator di udara juga berpengaruh pada evolusi ukurannya jadi lebih maksimum.

Bisa diterima akal sehat jika saat ini keberadaan mereka tinggal cerita, karena predator sudah jauh lebih banyak.

Berbicara tentang cerita, ternyata capung raksasa juga pernah menginspirasi sebuah film berjudul Monster on the Campus yang menampilkan capung modern yang berubah menjadi raksasa setelah memakan cairan Coelacanth yang disinari.

Penelitian memungkinkan untuk memperoleh informasi menarik bahkan tentang spesies yang punah seperti Meganeura.

Sampai di sini kita dapat memahami lebih jauh bahwa pada masa prasejarah menyimpan banyak hal yang belum dieksplorasi.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.