inspirasi

Black Death, Wabah ‘Maut Hitam’ yang Nyaris Musnahkan Penduduk Eropa

Penulis:   | 

Jauh sebelum corona menyerang dunia, ada wabah yang pernah mengancam Eropa pada abad ke-14.

Tidak tanggung-tanggung, wabah pes yang disebut Black Death saat itu merenggut nyawa puluhan juta jiwa. Sekitar 60 persen penduduk Eropa meninggal dunia.

Gejala yang muncul pada korban adalah kulitnya menghitam di ujung hidung, jari kaki, atau jari tangan.

Warna hitam itu bisa muncul karena ada jaringan yang telah mati. Itulah mengapa kemudian wabah pes abad ke-14 disebut Black Death.

Wabah pes yang kemudian menjadi epidemi ini meniggalkan efek trauma mendalam di Eropa. Suasana mencekam semakin menjadi-jadi karena jasad-jasad manusia bergelimpangan di jalanan.

Sampai ada ungkapan pilu seorang penyair yang menekspresikan betapa cepatnya maut menjemput.

“Pagi hari anak-anak masih makan pagi dengan temannya. Malam hari mereka sudah makan malam bersama nenek moyangnya.”

Baca juga: Mengenal Suku Hopi, Bangsa Primitif Amerika yang Sering Terbukti Ramalannya

Black Death menyebar melalui tikus-tikus yang berkutu dan menempel di tubuh manusia

Black Death, Wabah 'Maut Hitam' yang Nyaris Musnahkan Penduduk Eropa

(foto: pngdownload)

Sejarawan Ole Jorgen Benedictow dari Norwegia memberi penjelasan tentang dari mana asal wabah dalam The Black Death, 1346-1353: The Complete History.

Pes yang menyebar di Eropa awalnya dari Laut Kaspia, sebelah selatan Rusia di musim semi 1346.

Kemudian cepat menyebar ke wilayah barat melalui perpindahan tikus-tikus Rusia berwarna coklat yang daya tahan tubuhnya lebih kuat daripada tikus hitam Eropa.

Kutu pada tikus coklat menempel di tubuh tikus hitam. Setelah kena pes, umumnya tikus bertahan hanya empat belas hari saja dan setelah itu mati.

Kematian tikus secara massal menjadikan gerombolan kutu butuh tempat baru untuk dihinggapi. Mereka pun akhirnya menemukan tempat hinggap yang baru, yaitu tubuh manusia.

Banyak korban tewas mengenaskan di atas kapal dagang

Black Death, Wabah 'Maut Hitam' yang Nyaris Musnahkan Penduduk Eropa

(foto: gettyimages)

Selain dari Laut Kaspia, ada pula sumber yang mengatakan dari Italia melalui kapal dagang. Kapal perdagangan dari Italia yang berlayar di berbagai kota seperti; Genoa, Venice, Bruges, dan London juga ikut menyebarkan pes.

Perlu dipahami bahwa Eropa saat itu masih belum memiliki sistem kebersihan yang terjamin, termasuk dalam kendaraan lautnya.

Di antara keranjang barang dan karung ada tikus-tikus berkutu yang menyusup. Sebelum mendarat, ada banyak penumpang di atas kapal yang tewas mengenaskan.

Yersinia pestis yang terkandung dalam tikus berkutu ikut mengancam manusia segala penjuru Eropa.

Baca juga: Villa Las Estrellas, Wilayah di Kutub Selatan Dihuni Sekitar Seratusan Orang

Ada konspirasi bahwa Black Death adalah kutukan Tuhan

Black Death, Wabah 'Maut Hitam' yang Nyaris Musnahkan Penduduk Eropa

(foto: history)

Sulitnya penanganan dan pengobatan yang dilakukan, beragam spekulasi pun muncul. Kematian akibat Black Death dianggap kutukan Tuhan.

Pengetahuan yang masih rendah di masyarakat dan ditambah kepercayaan pada takhayul menjadikan situasi makin genting.

Ada konspirasi bahwa orang yang terkena Black Death wajib membunuh sebanyak mungkin orang Yahudi untuk menghapus dosanya.

Hal itu membuat penduduk Eropa semakin jauh berkurang. Yang tidak terjangkit pun bisa saja meninggal karena terbunuh.

Situasi yang mencekam karena wabah tak hanya menyerang wilayah Eropa, tapi juga Timur Tengah dan sebagian Asia.

Sampai hari ini, tidak ada yang tahu persis mengapa atau bagaimana wabah ini berakhir. Ada kemungkinan lenyapnya wabah adalah karena modernisasi.

Ada pendapat lain bahwa wabah reda karena genetik tubuh manusia berevolusi, sehingga lebih kebal dari bakteri.

Sudah diterapkan aturan karantina selama 30 hari

Wabah 'Maut Hitam' yang Nyaris Musnahkan Penduduk Eropa

(foto: stanford)

Wabah yang memicu krisis yang parah menjadi dorongan tersendiri untuk perkembangan kedokteran dan regulasi kesehatan masyarakat agar masyarakat punya pemahaman yang lebih baik tentang penyakit.

Untuk mengurangi efek penyebarannya, pemerintah sebenarnya sudah mengenal karantina. Secara historis, kebijakan tersebut pertama kali diterapkan oleh Republik Ragusa (sekarang Dubrovnik di Kroasia) pada tahun 1377.

Kota menutup perbatasannya selama 30 hari. Ada pula penduduk yang sudah parah dikarantina secara ekstrem di pulau terpencil Italia. Banyak di antara mereka yang meninggal dengan sendirinya di sana.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.