inspirasi

Abdul Qadir Jaelani, Ulama Besar dan Tokoh Sufi Pendiri Tarekat Qadiriyah

Penulis:   | 

Syekh Abdul Qadir Jaelani adalah salah satu tokoh sufi yang termasyhur di Indonesia. Sebagai seorang ulama besar, hari kelahirannya selalu dirayakan oleh banyak umat Islam di Indonesia.

Jika kehidupan Nabi Muhammad Rasulullah diteladani umat Islam melalui siroh-nya yang dirujuk dan dikaji, maka riwayat hidup Syekh Abdul Qodir Jaelani diteladani melalui manqobah atau manaqib.

Sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah, ia dikenal dengan cerita karomahnya, lebih dari ajaran spiritualnya.

Baca juga: Jarang Diketahui, Begini Sejarah Umbrella Girl Pembawa Payung di Sirkuit Balap

Hanya dibesarkan oleh ibunya saja, karena ayahnya sudah meninggal

Abdul Qadir Jaelani, Ulama Besar dan Tokoh Sufi Pendiri Tarekat Qadiriyah

(foto: khanacademy)

Syekh Abdul Qadir Jaelani lahir pada tahun  470 H/1077M. Jika dirunut nasabnya, ia masih termasuk keturunan dari Ali bin Abi Thalib.

Fase awal kehidupannya dilalui bersama sang ibu saja, karena ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan.

Saat usianya 18 tahun, ia sudah pergi meninggalkan kampung halamannya di Jilan (sekarang termasuk wilayah Persia) menuju ke Baghdad.

Sifat alimnya sudah terlihat sejak usia belia, termasuk pada saat berangkat ke Baghdad. Waktu itu ibunya memberi bekal 80 keping uang koin emas dalam sakunya.

Ibunya pun berpesan supaya ia memelihara kejujuran dalam kondisi apapun. Termasuk pada saat perjalanannya menemui hambatan.

Berusaha menjalankan pesan ibunya untuk selalu jujur dalam kondisi apapun

Abdul Qadir Jaelani, Ulama Besar dan Tokoh Sufi Pendiri Tarekat Qadiriyah

(foto: britannica)

Saat ia sampai di kota Hamadan, muncullah sebuah cobaan yang menguji batinnya. Ada kelompok perampok yang menghampirinya. Padahal penampilannya tidak terlihat berharta saat itu.

Penampilannya memang sederhana dan seperti orang miskin. Salah satu perampok bertanya tentang uang yang dimilikinya. Dengan jujur ia mengakui tentang uang emas 80 keping pemberian dari ibunya.

Alhasil si perampok mendadak heran melihat sikap jujurnya. Pada momen itulah ia ingat dengan pesan sang ibu, bahwa ia harus selalu jujur. Ia meyakini apabila ia dusta, usaha untuk menuntut ilmu tidak ada artinya.

Konon, perampok yang menodongnya di jelan justru tersungkur di kakinya. Kemudian pemimpin dari perampok menjadi pengikutnya yang pertama.

Sangat tekun dalam urusan ilmu dan penah menuliskan karya-karya terbaik 

Abdul Qadir Jaelani, Ulama Besar dan Tokoh Sufi Pendiri Tarekat Qadiriyah

(foto: gettyimages)

Ia sangat tekun dalam menuntut ilmu, sampai menunda untuk membangun rumah tangga.

Seperti dikisahkan dalam Dzayl Thabaqat Al Hanabilah, ia telah menguasai sebanyak tiga belas bidang ilmu, misalnya ilmu hadits, tafsir, ushul fikih, ilmu perbandingan, dan persoalan mazhab.

Ia cenderung menggunakan Fikih Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Waktunya sangat banyak dijalani dengan belajar dan mengajar atau tausiyah.

Sepanjang kehidupannya, ia pernah memiliki karya-karya yang terkenal seperti Al Ghunyah li Thalibi Thariq Al Haqq, Al Fath Ar Rabbani wa Al Faydh Ar Rahmani, dan Futuh Al Ghayb.

Futuh Al Ghayb dinilai sebagai karya terbaik yang pernah ditulisnya. Karena gaya penuturan dan materinya, kaum non Muslim pun menghargai nilai edukatifnya.

Baca juga: Asal usul Sadako, Hantu Perempuan Jepang yang Keluar dari Sumur Tua

Menjadi panutan banyak umat serta dalam hidupnya mendapat banyak karomah

Abdul Qadir Jaelani, Ulama Besar dan Tokoh Sufi Pendiri Tarekat Qadiriyah

(foto: britannica)

Sosoknya memang banyak menjadi panutan atau teladan umat Islam di berbagai penjuru dunia. Di kelompok-kelompok pengajian, sering dikumandangkan manaqib.

Banyak doa-doa, tawashul, dan bacaan Al Fatihah yang ditujukan padanya. Namanya dipandang mempunyai tingkatan kewalian yang tinggi.

Dalam hidupnya memang banyak sekali karomah, kemuliaan atau keistimewaan yang diraih bukan karena sengaja mempelajari, melainkan semata-mata pemberian Allah.

Di kemudian hari, karomah dipandang sebagai semacam ‘kesaktian’. Itulah mengapa sosoknya dikhultuskan oleh beberapa golongan.

Walau sebenarnya yang perlu diteladani adalah kesalehannya, bukan karomahnya. Karena karomah-nya semata-mata bentuk pertolongan Allah kepada hamba-Nya yang saleh.

Selalu bersikap rendah hati dan banyak memberikan makan untuk orang miskin

Abdul Qadir Jaelani, Ulama Besar dan Tokoh Sufi Pendiri Tarekat Qadiriyah

(foto: naqshabandiyah)

Tidak hanya menguasai ilmu-ilmu fikih, ia pun juga dikenal dengan perannya mendirikan Tarekat Qadiriyah yang merupakan tarekat dalam Islam sunni yang toleran dan juga dermawan.

Dalam tarekat itulah, pengikutnya menghormatinya karena sikap rendah hati, kelembutan jiwa, dan kesalehan.

Sifatnya memang rendah hati (tawadhu) pada sesama. Sifat rendah hati dan akhlak mulianya terlihat dari pergaulannya bersama fakir miskin, anak-anak, dan juga orang-orang di sekitarnya.

Ia pernah menyatakan bahwa salah satu amalan yang utama ialah memberikan makan untuk orang miskin.

Tiap malam di rumahnya, ia selalu menyiapkan makanan dan tidak segan duduk bersama orang-orang yang terpinggirkan.

Bahkan ia menyatakan misalnya dunia menjadi miliknya, ia akan memberikan pada orang yang lapar.

Amal baiknya ia lakukan terus sampai menjelang ajal menjemput, sampai salah satu putranya bertanya bagian mana dari tubuhnya yang sakit. Jawabannya pun menggetarkan hati putranya.

“Semua bagian tubuhku sakit, nak, kecuali hati. Karena hatiku selalu bersama Allah.”