inspirasi

Sisi Lain Isaac Newton, Penemu Hukum Gravitasi yang Hidupnya Kesepian

Penulis:   | 

Nama Isaac Newton sampai sekarang tercatat sebagai salah seorang ilmuwan terbesar  sepanjang sejarah umat manusia.

Sederet penemuannya masih banyak yang berlaku di zaman modern. Kisahnya yang sangat terkenal adalah tentang bagaimana ia menemukan teori gravitasi karena terinspirasi dari buah apel.

Salah satu karya besarnya, Principia (1687) telah mengubah cara pandang manusia soal dunia.

Meskipun kecerdasannya tidak diragukan, tapi ternyata kehidupan personalnya tidak secemerlang pencapaiannya dalam ilmu pengetahuan.

Ada beberapa fakta yang jarang dibahas, tapi menarik untuk diketahui. Misalnya tentang kepribadiannya yang eksentrik dan dianggap kesepian karena tidak menikah seumur hidupnya. Beginilah sisi lain seorang Isaac Newton.

Baca juga: Fenomena Bledug Kuwu, Semburan Lumpur dengan Legenda yang Unik

Daftar isi

Isaac Newton terlahir secara prematur di tengah keluarga miskin dan broken home

Sisi Lain Isaac Newton, Penemu Hukum Gravitasi yang Hidupnya Kesepian

(foto: farmweek)

Isaac Newton dilahirkan pada Hari Natal tahun 1643 di desa kecil Woolsthorpe, Inggris. Saat lahir, ukurannya sangat kecil sampai bisa masuk ke dalam wadah minum berukuran 1 liter.

Terlahir dalam kondisi prematur, keluarganya tidak punya ekspektasi tentang seperti apa sosoknya di kemudian hari.

Ayahnya sudah meninggal saat ia masih di kandungan dan ibunya pun memilih menikah lagi dan meninggalkannya saat usianya baru 3 tahun.

Saat sang ibu menikah lagi dan membangun keluarga baru, ia dirawat nenek dari pihak ibu. Latar belakang keluarga broken home dan pola asuhan yang keras dari nenek memengaruhi karakternya di kemudian hari.

Lebih suka menyendiri dan hanya punya satu sahabat selama hidupnya

Sisi Lain Isaac Newton, Penemu Hukum Gravitasi yang Hidupnya Kesepian

(foto: thegreatcorse)

Meski keluarganya tidak lengkap dan ia terlihat malas di sekolah, tapi kecerdasannya melampaui orang-orang kebanyakan.

Pada usia 18 tahun ia diterima ke Universitas Cambridge. Sebagai mahasiswa brilian saat itu, seakan-akan setiap waktu dalam kehidupannya digunakan untuk belajar.

Ia berusia 20 tahun saat terjadi Wabah Besar London (Great Plague of London). Saat itu Universitas Cambridge ditutup dan ia lebih banyak melahirkan pemikiran penting di kampung halaman. Masa-masa inilah yang menjadi titik balik dalam karier keilmuannya.

Selama kuliah sampai bertahun-tahun, sahabatnya hanya John Wickins seorang. Kecerdasannya di bidang sains tidak berimbang dengan kemampuannya berkomunikasi.

Ia suka menyendiri dan cenderung anti-sosial. Saat sedang konsentrasi bekerja di laboratorium, ia lupa dengan banyak hal misalnya makan, minum, mandi, bahkan lupa menikah. Di kemudian hari ada celotehan tentang pilihan hidupnya.

“Sir Isaac Newton sebenarnya menikah, tapi menikahi karya-karyanya…”

Baca juga: Berada di Ujung Dunia, Timbuktu Pernah Jadi Pusat Ilmu Pengetahuan

Memiliki manuskrip rahasia yang berisi pemikiran kontroversial tentang agama

Sisi Lain Isaac Newton, Penemu Hukum Gravitasi yang Hidupnya Kesepian

(foto: farmweek)

Warisan karya-karyanya sangat terkenal di kalangan akademisi, walau sebenarnya pemikirannya tidak selesai di situ.

Tidak mudah untuk menyentuh detail kehidupan pribadinya, atau setidaknya kondisi pikirannya. Catatan hariannya lebih banyak berisi kekecewaan pada kurikulum Cambridge yang konservatif.

Setelah ia meninggal, ada ribuan lembar manuskrip yang baru ditemukan. Bukan Fisika atau Matematika, tapi manuskrip rahasia yang konon ditujukan pada Tuhan.

Dalam manuskrip rahasia yang ditulis dengan kode, ia lebih banyak menulis pemikiran tentang agama dan alkimia. Alkimia adalah semacam ‘persilangan’ antara sains kimia dengan hal-hal mistis.

Menurut pihak Royal Society di London, manuskripnya tidak layak untuk dipublikasikan. Alasannya adalah karena pandangan religiusnya yang terlalu kontroversial.

Dipuja oleh masyarakat dunia dan disejajarkan dengan para raja

 Penemu Hukum Gravitasi yang Hidupnya Kesepian

(foto: thetimes)

Pada masa awal hidupnya sampai dewasa, terkenal, mendapat banyak penghargaan, ia masih menjadi pribadi yang tertutup dan sering merasa tidak aman (insecure) pada banyak hal.

Ia disebut mengalami gangguan psikologis pada pertengahan 1693. Ada kemungkinan besar bahwa pengalamannya tentang kehilangan dan pengkhianatan membuatnya tak percaya pada pertemanan.

Entah sebenarnya ia merasa kesepian atau tidak, karena memang pada dasarnya senang menyendiri, ia melajang sampai wafat dalam tidurnya pada usia ke-84 tahun.

Meski semasa hidup tidak banyak terlibat interaksi langsung dengan orang lain, tapi setelah kematiannya ia dipuja seluruh dunia karena warisan ilmunya.

Bagaikan seorang pemimpin negara yang sudah menyejahterakan rakyat, upacara pemakamannya dihadiri banyak orang penting. Makamnya di Westminster Abbey sejajar dengan para bangsawan kerajaan Inggris.