inspirasi

Penuh Teka Teki, Manuskrip Voynich Kuno Mulai Terungkap oleh Teknologi

Penulis:   | 

Manuskrip Voynich adalah sebuah buku misterius yang selama ratusan tahun menjadi tanda tanya di antara para ahli di dunia.

Sebanyak 240 halaman isinya berupa teks yang samar-samar disertai gambar aneh dan tidak mudah dipahami maksudnya.

Ada beberapa hal lain yang menjadikan manuskrip ini jadi tidak umum. Bahasa yang digunakan kini sudah punah. Alfabetnya merupakan kombinasi simbol-simbol asing, termasuk beberapa tanda baca tertentu.

Ditulis dalam kalimat yang belum dikenal manusia di zamannya, banyak yang berupaya untuk mengungkap teka-tekinya. Sampai akhirnya ada orang yang berhasil mengungkapnya.

Baca juga: Bisa Bertelur, Platypus Jadi Hewan Mamalia Paling Unik di Dunia

Manuskrip Vyonich dinamai sesuai dengan nama belakang penjual buku di Polandia

Penuh Teka Teki, Manuskrip Voynich Kuno Mulai Terungkap oleh Teknologi

(foto: thelineup)

Banyak dugaan bermunculan terkait manuskrip Vyonich yang konon sudah disusun sejak abad ke-15 dan kemungkinan pemiliknya pada zaman dahulu adalah ahli kimia sekaligus kaisar.

Setelah itu pada tahun 1912 berpindah tangan ke seorang penjual buku di Polandia yang bernama Wilfrid Voynich. Karena itulah, manuskrip dikenal dengan Vyonich sesuai nama belakang penjual buku yang memegangnya.

Banyak akademisi dari berbagai kampus terbaik dunia yang turut mencoba menemukan fakta seputar isi dari manuskrip ini.

Para cendekiawan di bidang linguistik, kriptografer, dan programer banyak yang mencoba, tapi tidak langsung berhasil untuk memecahkan kode misterius di dalamnya.

Serangkaian kodenya berhasil dipecahkan oleh akademisi dari Universitas Bristol

Penuh Teka Teki, Manuskrip Voynich Kuno Mulai Terungkap oleh Teknologi

(foto: theatlantic)

Selama lebih dari seratus tahun, isi manuskrip Voynich membuat para ahli gagal memahami. Tapi ternyata Dr. Gerard E Cheshire, seorang akademisi Universitas Bristol beruntung bisa memecahkannya.

Dengan usaha ekstra, kecerdikan, dan pemikiran lateral akhirnya bahasa dan sistem penulisannya yang sebelumnya misterius jadi bisa teridentifikasi.

Cheshire telah menjelaskannya di dalam makalah berjudul The Language and Writing System of MS 408 (Voynich) Explained.

Bahwa ternyata manuskrip ini  adalah satu-satunya naskah kuno yang menggunakan bahasa proto-romans. Beberapa istilah dan singkatan kata ditulis dalam bahasa Latin.

Chesire mengalami banyak momen menakjubkan saat menguraikan serangkaian kodenya.

Sambil diliputi rasa tidak percaya dan gembira saat menyadari bahwa sesuatu yang ditemukannya lebih istimewa daripada fantasi dan mitos yang berkembang selama ini.

Baca juga: Mengenal Ikan Torani, Hewan Laut Berbentuk Unik dan Bisa Terbang

Disusun oleh biarawati Dominika untuk menjadi referensi bagi salah satu ratu di Spanyol

Penuh Teka Teki, Manuskrip Voynich Kuno Mulai Terungkap oleh Teknologi

(foto: facsimile)

Setelah bahasa dan tulisannya dipahami, setelah itu penerjemahan seluruh naskah dan penyusunan leksikon.

Cheshire mengakui bahwa penelitiannya tentang manuskrip ini sebanyak 240 halaman butuh banyak waktu, tenaga, dan dana besar.

Diketahui bahwa penyusunnya adalah biarawati Dominika yang bertujuan untuk menjadi referensi untuk Maria dari Castilia sekaligus ratu dari Aragon, Spanyol.

Adanya manuskrip ini menjadi tanda penting dalam bidang linguistik Roman. Selain tulisan, ada sketsa dan ilustrasi yang dilengkapi penjelasan detail.

Peneliti dari Kanada menggunakan Artificial Intelligence untuk mengurai kode manuskrip Voynich

Penuh Teka Teki, Manuskrip Voynich Kuno Mulai Terungkap oleh Teknologi

(foto: ancient-origins)

Selain akademisi dari Universitas Bristol, ada juga peneliti dari Universitas Alberta Kanada yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk bisa memahami bahasa manuskrip ini.

Para peneliti berusaha mengungkap penulisan dan bahasa yang sudah dienkripsi. Peneliti Kanada juga mengakui bahwa mengurai kodenya termasuk hal yang sangat sulit.

Tentunya para peneliti sudah menguji coba algoritma pada naskah lain dan keberhasilannya mencapai 97 persen. Contohnya adalah pada naskah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang ditulis dengan 380 bahasa berbeda.

Kini manuskrip Voynich masih terawat dan disimpan oleh pihak Perpustakaan Beinecke di Universitas Yale, Amerika Serikat.