inspirasi

Pawang Hujan, Ritual Masyarakat untuk Mengendalikan Cuaca

Penulis:   | 

Pernahkah kamu melihat seorang pawang hujan dalam sebuah acara? Seorang pawang hujan ternyata perannya masih diperhitungkan agar cuaca ‘bersahabat’.

Apalagi pada bulan-bulan tertentu, kondisi cuaca memang tidak menentu. Pawang hujan sering dilibatkan dalam acara hajatan pernikahan, pelantikan pejabat, karnaval, dan acara-acara kultural.

Profesi yang langka ini sering dihubungkan dengan hal-hal gaib, klenik, atau perdukunan. Jadi, tidak sedikit yang menganggapnya sebagai praktik yang bertentangan dengan agama.

Baca juga: Asal usul Kata OK, Bahasa Gaul yang Tercipta Sejak Tahun 1839

Dianggap bisa memindah, menahan, atau menurunkan hujan di daerah tertentu

Tradisi Pawang Hujan, Ritual Masyarakat untuk Kendalikan Cuaca

(foto: pixabay)

Pawang hujan memang bukan ritual biasa, karena sering dianggap bisa mengendalikan cuaca agar tidak turun hujan selama acara penting sedang berlangsung. Tapi bagaimana sebenarnya cara kerjanya?

Dalam hal mengendalikan cuaca, pilihannya adalah memindahkan lokasi hujan atau menahannya dalam waktu lama.

Pawang yang sudah berpengalaman akan menggeser turunnya hujan ke laut. Pada dasarnya, yang dipindah atau ditahan adalah awan sebagai penyebab hujan.

Dengan tenaga dalam, seorang pawang memakai cara tertentu termasuk telekinesis terhadap awan. Telekinesis adalah kemampuan memindahkan benda dengan pikiran.

Dalam hal ini, pawangnya akan mendorong, memindah, menahan, atau menurunkan hujan dari atau ke daerah lain dengan intensitas tertentu.

Adanya angin di lokasi bisa berpengaruh agar kerjanya tidak terlalu berat

Tradisi Pawang Hujan, Ritual Masyarakat untuk Kendalikan Cuaca

(foto: pixabay)

Konon sebelum bekerja, pawang hujan akan melakukan survei di lokasi. Selain untuk mengenali lokasi, survei dilakukan untuk mengenal penguasa gaib di lokasi berlangsungnya acara.

Ketika bekerja, pawang bisa berada di kota lain dan tidak harus datang langsung ke lokasi. Memang posisi pawang dianggap tidak ada pengaruhnya, tapi proses kerja secara jarak jauh akan butuh lebih banyak upaya.

Ada juga faktor kekuatan doa dan rapalan mantra tertentu yang memengaruhi. Dengan bantuan angin di lokasi, maka untuk menggeser atau menahan hujan tidak terlalu berat.

Beberapa pawang menjalankan pekerjaannya beberapa hari sebelum acara, agar upaya untuk menahan hujan jadi lebih ringan.

Baca juga: Sejarah Musik Gambus, Dari Timur Tengah untuk Berdakwah ke Nusantara

Banyak dilakukan di malam hari, dengan beberapa ritual, dan sebagian meminta bantuan jin

Tradisi Pawang Hujan, Ritual Masyarakat untuk Kendalikan Cuaca

(foto: pixabay)

Akan berbeda lagi caranya untuk mempercepat turunnya hujan, yang biasanya banyak dilakukan pada malam hari atau dini hari karena kondisi udara yang dingin dan tidak terlalu banyak gangguan dari luar.

Konon untuk menghentikan hujan yang sudah terlanjur turun deras lebih sulit dibandingkan dengan memindahkannya.

Yang tersulit adalah untuk mengumpulkan sekumpulan awan kemudian menciptakan hujan di lokasi tertentu saat musim kering.

Kalau pawang membakar kemenyan dan memasang sesaji, pada umumnya yang seperti itu memanfaatkan jin pembantu atau khodam. Soal jin atau makhluk gaib yang membantu, itu bersifat opsional.

Sebagian pawang hujan bisa memperkuat tenaganya dengan ritual atau laku prihatin, misalnya puasa, ngebleng, mutih, pati geni, dan nglowong yang masing-masing memiliki pantangan.

Tidak selalu tentang klenik, ada juga cara mengendalikan cuaca yang terbukti ilmiah

Tradisi Pawang Hujan, Ritual Masyarakat untuk Kendalikan Cuaca

(foto: kumparan)

Beberapa pawang juga bersikap relijius karena mengakui bahwa kekuatan untuk menjalani profesinya yang unik dan langka adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Memang praktik ini tidak dipercaya oleh semua orang. Tapi, bisakah hal ini dijelaskan secara ilmiah?

Indonesia ternyata pernah melakukan upaya ‘manipulasi’ kondisi cuaca secara masal dengan menaburkan NaCL atau bubuk garam. Pada tahun 2013, langkah ini sempat berguna dalam menghadapi risiko banjir Jakarta.

Ada lagi di luar negeri, yaitu di Canada untuk mengatasi badai salju, dengan cara menerbangkan pesawat ke arah pusat badai.

Dilansir oleh media CBC, pesawatnya menyalakan api yang bisa menjadikan es mencair, sehingga risiko badai lebih minim.

China juga pernah mempraktikkan pawang hujan modern saat Olimpiade 2008 dengan cara menembak roket ke udara dengan tujuan mengusir awan.

Ada seribu roket yang bisa membubarkan konsentrasi awan yang berpotensi hujan.

Setelah event olimpiade, cara ini juga masih sering dilakukan oleh pemerintah China demi memastikan agar hari libur terbebas dari hujan.

Itulah ulasan tentang pawang hujan dan cara kerjanya yang tidak selalu identik dengan perdukunan.