inspirasi

Mengenal Hiu Kalabia, Hewan Endemik Papua yang Bisa Berjalan

Penulis:   | 

Bisakah kamu bayangkan seekor ikan yang bisa berjalan. Ternyata memang ada ikan yang bisa berjalan. Bukan ikan dalam film, tapi salah satu hewan endemik di Indonesia.

Di Papua Barat ada satu jenis hiu berjalan yang bernama hiu kalabia (Hemiscyllium freycineti).

Hiu kalabia termasuk hewan laut yang juga dikenal masyarakat lokal dengan sebutan hiu bambu atau hiu tokek karena motif tubuhnya.

Hiu yang unik ini bisa ditemukan di KKPD (Kawasan Konservasi Perairan Daerah) Missol, Raja Ampat, Papua Barat.

Hiu yang suka berjalan di  lautan gelap ini sudah masuk ke dalam daftar merah menurut Badan Konservasi Alam Internasional mengingat keberadaannya sudah terancam punah.

Baca juga: 5 Mukjizat Nabi Ibrahim, Penting untuk Diambil Hikmahnya

Daftar isi

Hidup di Papua dan sekitarnya dengan beberapa versi nama

Mengenal Hiu Kalabia, Hewan Endemik Papua yang Bisa Berjalan

(foto: darilaut)

Masyarakat di Papua dan sekitarnya menyebut hiu Kalabia dengan nama mandemor atau Kalabia saja. Di dunia internasional, hewan ini disebut walking shark yang artinya hiu berjalan atau wobbegong.

Terdapat tiga macam wobbegong di Papua Barat, yakni banded wobbegong Raja Ampat atau Hemiscyllium freycineti, wobbegong Teluk Triton atau Hemiscyllium henryi, dan juga wobbegong Teluk Cenderawasih atau Hemiscyllium galei.

Wujudnya sekilas memang mirip hiu pada umumnya, tapi lebih kecil dan kulitnya cokelat tua bertutul. Warna tubuhnya berguna untuk berkamuflase di sekitar ceruk terumbu karang.

Kebiasaannya sembunyi di balik terumbu karang dan juga berbaring di tempat berpasir membuatnya disebut hiu karpet.

Termasuk hewan nokturnal yang bisa berjalan dengan kedua siripnya

Mengenal Hiu Kalabia, Hewan Endemik Papua yang Bisa Berjalan

(foto: idntimes)

Ukuran tubuh ikan hiu kalabia cukup beragam, yaitu antara 20 cm sampai 70 cm. Habitatnya bisa ditemukan di sekitar terumbu karang yang kedalamannya berukuran sekitar 2 meter dan permukaannya berpasir dan berbatu.

Jenis hiu berjalan seperti ini adalah hasil dari evolusi sejak 400 juta tahun yang lalu dari ikan bertulang belakang (Elasmobranchii).

Mereka sering mengendap-ngendap dan keluar dari persembunyian di antara terumbu karang di malam hari. Kedua siripnya yang ada di dada digunakan untuk merangkak dan berjalan di dasar laut.

Dilihat dari kebiasaannya memburu mangsa di malam hari, hewan ini termasuk nokturnal. Saat malam hari aktif, sedangkan pada siang hari banyak tidur pada celah sekitar terumbu karang.

Baca juga: Perang Inggris-Zanzibar, Perang Tersingkat Sepanjang Sejarah yang Merenggut 500 Nyawa

Terancam punah karena banyak diburu sebagai ikan hias yang harganya mahal

 Hewan Endemik Papua yang Bisa Berjalan

(foto: kompas)

Hewan endemik yang satu ini memang termasuk kecil dan bukan suatu ancaman untuk manusia. Tapi cukup sering terperangkap di dalam jaring milik nelayan dan bisa merusak bagian jaring supaya bisa kabur.

Para nelayan cukup sering membunuh hiu kalabia supaya tidak lagi merusak jaring. Bukan hanya itu, kalabia pun banyak diburu dan diambil dari habitat asli dan menjadi ikan hias. Memang harganya cukup mahal di pasar ekspor.

Pemerintah setempat sudah menerapkan peraturan untuk membatasi penangkapan hiu.

Upaya lainnya untuk bisa menjaga populasinya adalah dengan menjaga terumbu karang yang merupakan habitat hiu berjalan. Keadaan terumbu karang sehat bisa mengoptimalkan perkembangan hiu kalabia.

Bukan sekadar untuk diburu, tapi juga menjadi ikon konservasi

 Hewan Endemik Papua yang Bisa Berjalan

(foto: betahita)

Saat ini Indonesia masih jadi salah satu pemasok untuk sirip, daging, dan tulang hiu yang terbesar di seluruh dunia. Menurut The Conversation, kontribusinya per bulan sekitar 3.800 ton.

Panen hiu bisa terjadi lantaran perairan di Indonesia memiliki paling tidak 116 spesies hiu. Beberapa jenisnya adalah spesies yang terancam punah seperti hiu Kalabia.

Kalabia juga menjadi ikon konservasi di Raja Ampat dan sudah disematkan untuk jadi nama sebuah kapal edukasi untuk menjaga sumber daya alam hayati kelautan, yaitu Kapal Kalabia.

Kapal Kalabia telah menjangkau banyak kampung di kawasan Raja Ampat untuk memberi informasi dan edukasi seputar kekayaan laut dan pentingnya melindungi sumber daya hayati di laut.

Sudah semestinya semua pihak saling mendukung keberadaan hiu Kalabia agar tidak menjadi hewan buruan untuk kepentingan konsumsi manusia, tapi mengusahakan alternatif lain untuk mendukung perekonomian dan pariwisata daerah.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.