inspirasi

Lagu Anging Mammiri, Menceritakan Kerinduan Seorang Kekasih

Penulis:   | 

Mungkin kamu sudah pernah mendengar lagu Anging Mammiri yang berasal dari Sulawesi Selatan. Walaupun hanya hapal lirik baris pertama saja, tapi nada lagu ini cukup mudah diingat meskipun tidak memahami artinya.

Sebagai salah satu lagu tradisional dari suku Bugis, Anging Mammiri juga memiliki cerita di baliknya. Lagunya menceritakan tentang seorang perempuan yang sedang memendam kerinduan pada sang kekasih.

Baca juga: Menelusuri Gunung Judi, Lokasi Terdamparnya Kapal Nabi Nuh

Berasal dari karya sastra yang dilagukan dan diciptakan pada tahun 1940-an

Lagu Anging Mammiri, Bercerita Tentang Kerinduan Seorang Kekasih

(foto: deviantart)

Lagu Anging Mammiri merupakan sebuah lagu daerah asli Sulawesi Selatan yang diciptakan oleh Borra Daeng Ngirate pada tahun 1940-an.

Informasi tersebut berasal dari Lontara’ Kelong atau teks karya sastra Bugis yang kemudian dilagukan.

Untuk penambahan kalimat atau penambahan baris pada satu bait dan perubahan struktur suku kata merupakan hasil kreativitas Borra Daeng Ngirate dalam menciptakan lagu tersebut.

Yang cukup menyentuh adalah konsep cerita yang dibawakannya. Bukan sekadar kata-kata yang dinyanyikan, Anging Mammiri adalah ekspresi yang mengharukan tentang seseorang yang dicintai.

Sebagai salah satu kekayaan budaya orang Bugis, lagu ini juga bisa memunculkan perasaan melankolis ketika merantau ke tempat jauh.

Bercerita tentang seorang perempuan yang sedang merindukan kekasihnya yang jauh

Lagu Anging Mammiri, Bercerita Tentang Kerinduan Seorang Kekasih

(foto: allindonesiantourism)

Inspirasi dari lagu ini adalah berasal dari seorang perempuan yang memendam perasaan rindu menggunung pada kekasihnya yang sedang tinggal jauh. Perasaan rindunya membuat dirinya tidak tenang.

Sampai suatu malam, ia berdiri di dekat jendela rumahnya kemudian melantunkan beberapa syair yang berisi ungkapan rindu dan kata-kata cinta.

Ia berharap pada angin yang sedang berembus agar pesannya disampaikan kepada kekasihnya yang jauh di sana.

Setelah dari jendela, ia beranjak ke tempat tidur. Sebelum memejamkan mata, ia menepuk-nepuk bantalnya sambil menyebutkan nama kekasihnya.

Ia masih punya harapan bahwa angin menyampaikan perasaan gundahnya. Perasaan gundahnya sangat mendalam sampai terbawa mimpi.

Ternyata, beberapa hari kemudian setelah ia melantunkan syair kepada angin, ia pun mendapatkan kabar bahwa sang kekasih sudah kembali dari perantauannya dan akhirnya mereka bertemu lagi.

Baca juga: Perbedaan Generasi Baby Boomers, Millennial, X, Y, Z, dan Alpha

Inilah lirik Anging Mammiri lengkap dengan terjemahan bahasa Indonesia

Lagu Anging Mammiri, Bercerita Tentang Kerinduan Seorang Kekasih

(foto: bundet)

Konon cerita tentang syair dan kerinduan cepat menyebar di kalangan masyarakat Bugis. Sejak saat itu, sebutan Anging Mammiri jadi semakin terkenal dan berkaitan erat dengan rasa rindu.

Buat kamu yang ingin tahu lirik selengkapnya, ini dia lirik lagu Anging Mammiri.

Angin mammiri kupasang. Pitujui tongtongana.

Tusarua takka lupa. Eaule na mangu rangi.

Tutenaya, tutenaya parisina. Batumi angin mammiri.

Angin ngerang dingin-dingin. Nama lonta sari kuku Eaule na mangu rangi.

Matolorang, matolorang jenemato.

Jika ditermahkan ke dalam bahasa Indonesia, liriknya adalah seperti ini.

Wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan. Sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya.

Pada dia yang sering melupakan. Eaule .. Hingga dia dapat teringat.

Si dia yang tak memiliki simpati. Datanglah wahai angin yang bertiup semilir.

Angin yang membawa rasa dingin. Yang menusuk hingga ke sumsum tulang Eaule ..

Agar dia teringat bercucuranlah, bercucuranlah air mata.

Bisa menjadi mantra yang diucapkan dalam ritual atau upacara tradisional

Lagu Anging Mammiri, Menceritakan Kerinduan Seorang Kekasih

(foto: fajar)

Lagu Anging Mammiri memang tercipta karena kerinduan perempuan pada kekasihnya.

Puluhan tahun kemudian, ada cerita yang berkembang bahwa syair lagu ini juga pernah dipakai oleh laki-laki untuk mempengaruhi perempuan pujaannya.

Konon, sebagian masyarakat Sulawesi Selatan masih kental dengan ritual yang berkaitan dengan hal gaib. Khususnya pada saat upacara tradisional, sebuah ritual dianggap kurang lengkap jika tidak ada mantra.

Masyarakat menyebutnya mantra karena dimanfaatkan untuk kepentingan yang bersifat mistik dan dibarengi oleh gerakan-gerakan dengan beberapa peralatan yang digunakan menjadi media supaya maksud dan tujuan pengguna tercapai.

Bagaimanapun maknanya, lagu Anging Mammiri adalah sebuah warisan berharga yang patut diapresiasi dan dilestarikan. Bukan hanya oleh orang Bugis, tapi juga masyarakat Indonesia.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.