inspirasi

Gerakan Rastafari dari Jamaika, Pakai Ganja untuk Praktik Spiritual

Penulis:   | 

Saat mendengar kata Rastafari atau Rasta, mungkin banyak orang langsung terbayang hal-hal ini; Bob Marley, musik reggae, rambut gimbal, dan ganja.

Untuk Bob Marley yang berambut gimbal dan menjadi legend untuk musik reggae, kenyataannya memang demikian. Orangnya sudah tiada, tapi masih banyak yang mengenangnya.

Baca juga: Kisah Burung Garuda, Bebaskan Ibunya Sampai Jadi Lambang Negara

Diakui sebagai gerakan spiritual, tapi bukan termasuk agama baru

Gerakan Rastafari dari Jamaika, Pakai Ganja untuk Praktik Spiritual

(foto: digjamaica)

Rastafari pada awalnya berasal dari Jamaika, yang waktu itu masyarakatnya sering dijadikan budak orang-orang Eropa.

Banyak yang beranggapan bahwa hal paling menonjol dari penganut Rastafari adalah aktivitas merokok ganja.

Hal tersebut memicu ketertarikan sebagian orang sekaligus pandangan miring sebagian yang lain. Padahal ganja hanyalah salah satu hal opsional di dalam pergerakannya.

Sejak 1996, UNICEF mengakuinya sebagai sebuah gerakan spiritual, tapi Rastafari bukan termasuk agama baru.

Salah satu filosofi dari gerakannya adalah bahwa tubuh manusia dipandang sebagai tempat suci yang mesti dirawat dengan baik.

Meskipun kalau dipandang dari luar orang-orangnya seperti tidak terurus, tapi sebenarnya tampilan tersebut adalah perlawan atas sesuatu yang dianggap tidak natural dan bisa menodai.

Berawal dari seruan Kaisar yang dipandang sebagai pencerahan untuk rakyat

Gerakan Rastafari dari Jamaika, Pakai Ganja untuk Praktik Spiritual

(foto: culturetrip)

Soal namanya, gerakan ini tidak terlepas dari Haile Selassie I, seorang Kaisar Afrika yang terkenal dijuluki Ras Tafari Makonnen.

Dalam bahasa Semitik Etiopia, ‘Ras’ berarti pangeran, sedangkan ‘Tafari Makonnen’ merupakan nama julukan kepada Haile Selassie I.

Haile Selassie I mengajak para masyarakat negroid di Afrika untuk bisa menyatu dengan alam. Dengan ajaran dan seruan untuk kembali ke Sion atau tanah perjanjian di Afrika, Haile Selassie I dipandang seperti figur Isa Almasih.

Kedatangan Haile Selassie I di Jamaika pada 21 April 1966 dipandang sebagai pencerahan oleh rakyat Jamaika.

Bahkan menjadi hari besar sampai sekarang. Gerakannya makin berkembang setelah aktivis Marcus Garvey mendorong masyarakat bisa lepas dari penjajahan bangsa kulit putih.

Ada enam hal yang menjelaskan ciri-ciri gerakannya; dreadlocks atau rambut gimbal, ganja, makanan ital, bendera empat warna, simbol heksagram, dan jubah dengan gambar Lion of Judah.

Baca juga: Bakong Gayo Khas Aceh, Tembakau Hijau yang Beraroma Ganja

Masing-masing simbolnya punya makna dan filosofi khusus

Gerakan Rastafari dari Jamaika, Pakai Ganja untuk Praktik Spiritual

(foto: wallpaperaccess)

Rambut gimbal (dreadlocks) bermakna sebagai kesadaran untuk mengunci rasa takut atas perintah Tuhan, kemudian menjadikannya sebagai sebuah reaksi penolakan kapitalisme.

Ritual hisap ganja yang tidak wajib adalah sebuah cara untuk memberi pencerahan pikiran dan upaya untuk melupakan urusan dunia.

Makanan vital atau vital food berarti bahwa masyarakatnya bergantung sepenuhnya kepada alam.

Konsumsi makanan natural dianggap lebih baik daripada hasil proses olahan pabrik.  Kemudian tentang bendera, ada warna merah, hitam, hijau, dan kuning yang menjadi identitas.

Merah adalah lambang darah atau keberanian, hitam adalah lambang rakyat, hijau menjadi lambang tumbuhan-tumbuhan Afrika, dan kuning adalah lambang kekayaan dari Afrika.

Simbol berbentuk heksagram melambangkan sosok Raja David dan jubah Lion of Judah melambangkan Ketuhanan.

Semakin mendunia karena Bob Marley dan karya-karya populer lainnya

Gerakan Rastafari dari Jamaika, Pakai Ganja untuk Praktik Spiritual

(foto: wallpaperrapper)

Sejauh ini diperkirakan ada 700.000 sampai 1.000.000 ‘penganut’ Rastafari di dunia.

Tapi, tetap sama bahwa identitas mereka bukan agama resmi karena tidak ada pimpinan agama semacam khalifah, paus, apalagi nabi yang wajib diikuti kaumnya.

Desta Meghoo, peneliti Rastafari menyampaikan beberapa fakta melalui Decades Later, Rastafaris Still Struggling for Recognition, bahwa mereka adalah sebuah gerakan yang terstruktur.

Bahkan orang-orangnya tidak ingin disebut Rastafarian karena ada anggapan bahwa imbuhan ‘-ian’ seolah mewakili sistem Babilonian yang menindas wilayah setempat.

Rastafari semakin terkenal karena tercermin dalam budaya populer seperti karya-karya Bob Marley berupa musik reggae lengkap dengan atribut warna merah, hitam, hijau dan kuning.

Bukan hanya lagu, tapi ada juga film berjudul The Harder They Come yang turut mempopulerkan rasta dan musik reggae di dunia.