lifestyle

Shopaholic Syndrome, Ketika Hobi Belanja Jadi Kecanduan

Penulis:   | 

Punya hobi tentu adalah suatu hal yang bagus, tapi ketika hobi berubah jadi candu, hati-hati dengan risiko yang bisa terjadi.

Mungkin inilah yang perlu diperhatikan bagi yang punya kecenderungan berbelanja secara impulsif bahkan tidak terkontrol.

Shopaholic syndrome atau oniomania adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kecanduan untuk berbelanja.

Bukan sekadar aktivitas konsumsi, tapi kecanduan ini bisa dikategorikan sebagai salah satu gangguan mental, digolongkan ke dalam penyimpangan obsesif kompulsif. 

Coba amati kembali perilaku belanjamu. Apakah kamu belanja karena ada kebutuhan, atau memang shopping secara spontan, terus-menerus, bahkan cenderung boros.

Terutama ketika ada sale, barang yang tidak dibutuhkan pun dibeli.

Baca juga: Mengenal Sindrom Angelman, Penderitanya Selalu Tampak Bahagia

Shopaholic syndrome terkait dengan penghargaan rendah terhadap diri sendiri (low self-esteem)

Shopaholic Syndrome, Ketika Hobi Belanja Menjadi Kecanduan

(foto: pixabay)

Rendah diri dan rendah hati memiliki definisi berbeda. Rendah diri cenderung mengarah pada perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Sikap rendah diri itulah yang sering terjadi pada pengidap shopaholic syndrome.

Shopaholic mungkin tidak menyadari ciri ini hadir di dalam dirinya. Tapi, mereka justru merasa lebih berharga dan punya power ketika mampu membeli barang tertentu yang dapat mewujudkan image diri yang dianggap ideal. 

Ketika kebiasaan belanja untuk melengkapi diri mereka, tanpa sadar hal itu menunjukan tanda-tanda low self-esteem.

Kabar baiknya adalah, jika telah menyadari dan mengakui hal ini, dengan terapi pengenalan diri secara mendalam, akan lebih mudah baginya untuk mengobati low self-esteem dan menemukan kualitas dan arti diri sendiri. 

Kontrol impuls yang buruk dan berpengaruh dengan kondisi keuangan

Shopaholic Syndrome, Ketika Hobi Belanja Menjadi Kecanduan

(foto: pixabay)

Para shopaholic merasakan impuls atau dorongan yang luar biasa kuat dan tidak tertahankan untuk membeli sesuatu. Impuls bisa berarti dorongan hati. Hal ini bisa memengaruhi kondisi keuangan.

Tidak sedikit shopaholic memiliki pengelolaan keuangan yang buruk, meskipun ini tidak semua. Mereka cenderung berbelanja tanpa melihat prioritas.

Entah butuh atau tidak, selama ada sale atau tawaran yang menggiurkan lainnya pasti akan sangat mudah memproses pembayaran belanjaan.

Bisa jadi dorongan tidak tertahankan terasa karena adanya keinginan untuk meningkatkan status sosial atau pengakuan dari orang lain, atau bahkan ‘membeli’ kasih sayang orang lain.

Mengendalikan impuls bisa diusahakan dengan mencari sebab utama dorongannya.

Selain itu, berusaha untuk memahami literasi keuangan lebih baik dapat menjadi jalan untuk menumbuhkan kesadaran dan kontrol diri yang lebih kuat.  

Baca juga: Mengenal Tren Friluftsliv, Cara Merawat Mental ala Norwegia

Setiap merasa kurang semangat, selalu berbelanja sebagai pelarian

Shopaholic Syndrome, Ketika Hobi Belanja Menjadi Kecanduan

(foto: pixabay)

Tidak sedikit dari para shopaholic yang berbelanja secara membabi buta ketika suasana hati atau pikiran sedang buruk. Entah itu disebabkan karena stres, bosan, amarah, bahkan gangguan kecemasan yang datang.

Pada saat bad mood seperti itu, terjadilah suatu kekosongan jiwa sehingga mereka berusaha mencari hal yang dapat mengisi kekosongan yang mengganggu benak. 

Mereka berbelanja untuk berlari dari emosi buruk dan memompa kembali semangat. Setelah berbelanja, kebahagiaan akan mereka rasakan.

Kebahagiaan tersebut sebenarnya bersifat sementara, sehingga ketika kebahagiaan tersebut hilang mereka akan terus berusaha mengisi kekosongan tadi hingga akhirnya perilaku tersebut menjadi berulang dan menimbulkan kecanduan.

Risikonya sangat serius, jadi sebaiknya mulai dikonsultasikan kepada tenaga ahli

 Ketika Hobi Belanja Menjadi Kecanduan

(foto: pixabay)

Jika sudah kecanduan, apa yang sebaiknya dilakukan? Solusi yang paling tepat untuk hal ini adalah menemukan akar masalah yang memicu gangguan emosi bersama tenaga ahli seperti psikolog dan psikiater. 

Oniomania memang mengganggu dan dapat menyebabkan kerusakan tatanan hidup yang dalam, mulai dari risiko dalam hal keuangan hingga hubungan sosial, seperti dengan keluarga atau bahkan lingkungan kerja. 

Berdiskusi dengan orang terdekat dan terpercaya dapat menjadi langkah awal untuk menghentikan kecanduan berbelanja dari bahaya yang lebih besar.

Jika memang sudah sangat terganggu dengan kebiasaan belanja, tidak perlu malu untuk konsultasi dengan terapis atau ahli kesehatan mental untuk menemukan solusi dan perawatan yang tepat dan efisien.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.