inspirasi

Sejarah Ikat Pinggang, Dipopulerkan oleh Para Prajurit Militer

Penulis:   | 

Setiap benda yang dipakai sehari-hari, ternyata ada sejarah panjangnya di zaman dahulu. Contoh benda yang sudah melewati ribuan tahun adalah ikat pinggang.

Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana awalnya orang zaman dulu terpikir untuk memakainya? Meski jarang diperhatikan, sejarahnya mungkin lebih panjang daripada yang dikira.

Popularitasnya di kalangan militer memberi pemahaman lain tentang apa yang dilakukan orang-orang pada zaman dulu dengan benda ini.

Baca juga: Lagu Manuk Dadali, Penuh Makna untuk Generasi Muda

Awalnya diciptakan dari bahan-bahan dari alam oleh bangsa Mesir kuno

Sejarah Ikat Pinggang, Dipopulerkan oleh Para Prajurit Militer

(foto: pinterest)

Saat ini ikat pinggang yang dipahami masyarakat adalah berbahan kulit, tapi pada awalnya justru mirip tali yang diikatkan di pinggang untuk mengamankan celana.

Sejarahnya yang pertama dalam sejarah dipakai oleh orang-orang Mesir kuno pada Zaman Perunggu, antara tahun 3300-1200 SM.

Bahannya berasal dari alam, misalnya akar dan kulit pohon atau daun-daun yang disambung.

Kemudian dalam perkembangannya, pengikat ini dibuat dari bahan yang lebih kuat, yaitu kulit binatang. Memang ikat pinggang yang dibuat dari kulit binatang ini terbukti tahan lama.

Selain Mesir kuno, peradaban yang sudah mengenalnya adalah Mesopotamia.

Pada awal-awal perkembangannya dari tahun ke tahun, ikat pinggang hanya umum untuk dipakai oleh pria dengan desain yang lebih sederhana.

Sempat menjadi bagian penting dalam ritual agama Kristen di Eropa zaman kuno

Sejarah Ikat Pinggang, Dipopulerkan oleh Para Prajurit Militer

(foto: startupfashion)

Sejarahnya zaman dahulu berbentuk korset demi menjaga pakaian tetap pada tempatnya dan menyisakan bagian untuk penyimpanan senjata di dekat pinggul.

Sementara itu, wanita sering mengikatnya di bawah dada. Demi kepentingan fashion, banyak orang yang memakai dua buah ikat sekaligus di area berbeda.

Ikat pinggang kemudian menjadi bagian penting dalam ritual agama Kristen di Eropa kuno, yang melambangkan perlindungan, kesucian, dan kesediaan untuk jadi pelayan Tuhan.

Bahkan para pendeta sempat menggantung tulisan suci pada ikat pinggang mereka untuk dapat dibaca. Yang memakainya kebanyakan hanya orang dewasa dari kalangan tertentu saja.

Baca juga: Mengenal Blue Light, Risiko Kesehatan di Balik Layar Gadget

Sejak abad ke-17 pemakaian ikat pinggang adalah untuk identitas di militer

Sejarah Ikat Pinggang, Dipopulerkan oleh Para Prajurit Militer

(foto: wilboro)

Masih di Eropa dan memasuki abad pertengahan, benda ini adalah salah satu simbol status. Tujuan pemakaiannya di kalangan masyarakat juga sudah berubah.

Di beberapa kota, ikat pinggang bersifat dekoratif atau aksesoris yang dibuat sebagai tanda status sosial yang lebih tinggi.

Pada periode ini, para wanita dilarang untuk mengenakan pengikat meskipun untuk kehidupan sehari-hari.

Abad ke-17 dan setelahnya juga sudah beda lagi. Sejarahnya yang paling menonjol adalah untuk identitas di militer.

Meskipun ternyata ada juga pengecualian untuk perwira militer yang juga sengaja untuk mengencangkan ikat pinggang. Pemasangannya yang erat adalah demi memberikan kesan ramping agar lebih mengesankan.

Ukurannya menjadi lebih kecil pada saat zaman Perang Dunia II

Sejarah Ikat Pinggang, Dipopulerkan oleh Para Prajurit Militer

(foto: belthatch)

Salah satu perubahan besar pertamanya terjadi pada abad 20-an. Ikat pinggang untuk wanita sudah jadi hal umum dan dipadukan dengan gaun panjang ikonik. Setelah tahun 1930-an.

Faktanya, pada tahun  1930-an adalah masa ketika banyak wanita bereksperimen untuk memakai celana. Agar tidak mudah melorot saat dipakai, ikat pinggang berfungsi penting untuk menahannya.

Karena tren tentang fashion sepertinya memang terus terulang, pemakaiannya untuk dunia militer pun populer kembali ketika memasuki masa Perang Dunia I dengan bahan tebal.

Tapi, pada masa Perang Dunia II, benda ini sudah kehilangan banyak gaya dan ukurannya makin kecil karena kekurangan bahan.

Dengan demikian, penampilan tentara menjadi lebih seragam, bahannya lebih murah, tapi tetap tahan lama.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.