inspirasi

Pohon Kalpataru, Lambang Kehidupan yang Bernilai Spiritual

Penulis:   | 

Dalam bidang lingkungan hidup, setiap tahun pemerintah Indonesia memberi apresiasi Penghargaan Kalpataru untuk individu atau kelompok yang berjasa melestarikan lingkungan sekitar dan kehutanan.

Penghargaan Kalpataru sudah ada sejak tahun 1980 dan masih berlangsung sampai hari ini. Nama penghargaannya berasal dari nama sebuah pohon yang dianggap istimewa dan bernilai spiritual.

Istilah Kalpataru sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya pohon kehidupan.

Pohon Kalpataru memang bukan sekadar mitos dan disebut-sebut sebagai pohon kehidupan. Tentu ada sejumlah alasan mengapa Kalpataru identik sebagai lambang kehidupan.

Baca juga: Asal Usul Celengan, Dari Negara Eropa sampai Kerajaan Majapahit

Disebut sebagai pohon kehidupan, pohon kebijaksanaan, sampai lambang keabadian

Pohon Kalpataru, Lambang Kehidupan yang Bernilai Spiritual

(foto: pinterest)

Berdasarkan klasifikasi secara ilmiah, pohon Kalpataru termasuk dalam salah satu tumbuhan yang dari famili Moraceae genus ficus. Nama latinnya adalah Ficus religiosa.

Sebagian masyarakat Indonesia menyebutnya dengan nama pohon bodhi waringin. Sementara itu, dalam bahasa Inggris namanya adalah Wisdom Tree atau pohon kebijaksanaan.

Negara Asia dan Eropa sama-sama menganggapnya bernilai spiritual dan sempat jadi tempat semedi orang zaman dahulu.

Secara harfiah, namanya berasal dari bahasa Sansekerta kalpa dan taru. Kalpa berarti harapan atau keinginan, sedangkan taru berarti pohon.

Juga ada yang menghubungkan istilah keinginan dengan lambang dari keabadian. Bahkan oleh masyarakat Jawa kuno, Kalpataru sering juga disebut sebagai pohon surgawi di tanah surga Dewa Indra.

Terdapat pada relief candi dan terkait dengan keberadaan peradaban di sekitarnya

Pohon Kalpataru, Lambang Kehidupan yang Bernilai Spiritual

(foto: tripadvisor)

Pohonnya sudah tumbuh di tanah Nusantara sejak ratusan tahun, terbukti dari reliefnya yang ada pada dinding candi seperti Borobudur, Pawon, Mendut dan beberapa candi lainnya.

Relief yang tergambar di beberapa candi juga menampilkan rangkaian cerita bahwa pohonnya terkait dengan keberadaan peradaban di sekelilingnya.

Pohon Kalpataru mempunyai bentuk dahan rimbun yang kemudian menjadi pilihan tempat tinggal beberapa macam binatang liar seperti burung, tupai, ulat, dan semut kecil.

Karena itulah nama pohonnya identik dengan pohon kehidupan lantaran memang di sekelilingnya ada kehidupan lain berupa satwa liar yang bertahan hidup.

Baca juga: Lagu Manuk Dadali, Penuh Makna untuk Generasi Muda

Memiliki bentuk yang khas dan dipilih menjadi logo beberapa lembaga pemerintah 

Pohon Kalpataru, Lambang Kehidupan yang Bernilai Spiritual

(foto: okezone)

Bukan hanya tergambar di relief candi, tapi pohon Kalpataru pun sangat terkenal sebagai salah satu penghargaan dalam bidang lingkungan hidup yang logonya juga melekat di lembaga Kementrian Lingkungan Hidup dan KORPRI.

Saat dilihat lebih detail, batang pohonnya mampu tumbuh dengan tinggi maksimal sampai 20 m dan diameter batang 1,5-2 m.

Kulit dari kayu pohonnya terlihat memiliki warna abu-abu, ada bintik-bintik coklat, dan teksturnya juga halus.

Daunnya memiliki permukaan mengkilap saat diraba. Saat masih muda, daunnya terlihat berwarna merah muda tapi akan berubah warna jadi hijau tua saat sudah memasuki usia tua.

Dari pohonnya bisa keluar bunga dan buah berukuran kecil. Bunganya berbentuk aksilaris atau muncul dari ketiak daun, tidak bertangkai, dan warnanya merah saat mekar.

Memiliki beberapa manfaat penting untuk kesehatan, tapi pohonnya sudah termasuk langka 

Pohon Kalpataru, Lambang Kehidupan yang Bernilai Spiritual

(foto: latimojong)

Sebagai pohon kehidupan, Kalpataru memang bukan hanya bermanfaat karena meneduhkan tapi juga bisa menyerap karbon, menghasilkan oksigen, dan memberi banyak manfaat lainnya.

Bijinya bisa bermanfaat untuk obat kudis, kejang perut, dan obat tetes mata yang masih diuji efektivitasnya. Sayangnya pohon ini mulai langka dan tidak mudah untuk tumbuh di sembarang tempat.

Pada umumnya memang habitatnya adalah di hutan dan pegunungan. Itupun tidak bisa sembarang dijumpai di semua pegunungan.

Di Gandang Dewata, Mamasa Sulawesi Barat masyarakat bisa menemukannya. Di sana juga ada banyak buah Kalpataru kering berwarna coklat.

Selain Sulawesi Barat, lokasi lain yang masih bisa ditumbuhi pohon Kalpataru adalah Pura Mangkunegaran kota Solo, tepatnya di belakang pendopo agung.

Di sana ada tiga batang pohon yang ukurannya setinggi 3 m. Semoga pohonnya masih akan terus tumbuh dengan baik.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.