inspirasi

Kisah Nabi Idris, Manusia Pertama yang Bisa Membaca dan Menulis

Penulis:   | 

Nabi Idris adalah salah seorang nabi yang wajib diimani oleh umat Islam. Sebagai keturunan keenam dari Nabi Adam, namanya disebutkan di dalam Alquran.

Tidak hanya dalam Islam, tapi agama Yahudi dan Nasrani juga mengenalnya dengan nama Henokh.

Selain disebutkan namanya di dalam Alquran, perjalanan hidup Nabi Idris juga dikisahkan Ibn Katsir di dalam Qishash al-Anbiya’ atau Kisah Para Nabi.

Dalam berdakwah kepada umatnya, Nabi Idris juga tidak selalu mudah. Banyak keajaiban dalam hidupnya yang bisa menambah keimanan.

Baca juga: Acoustic Kitty, Kucing Fenomenal yang Pernah Menjadi Mata-mata CIA

Banyak membaca suhuf dari Nabi Adam dan terkenal dengan kepandaiannya

Kisah Nabi Idris, Manusia Pertama yang Bisa Membaca dan Menulis

(foto: pinterest)

Nabi Idris dilahirkan di kota Manaf atau Memphis dari seorang ibu bernama Asyut. Ada pula yang menyebutnya lahir di Babylon, selatan Mesopotamia kemudian hijrah ke Mesir.

Nama aslinya adalah Akhnukh, itulah mengapa dalam agama Yahudi dan Nasrani disebut Henokh. Sebelum diangkat menjadi nabi, ia dikenal karena kepandaiannya.

Terbukti dari banyaknya bacaan suhuf dan kitab dari Nabi Adam serta Nabi Syits yang dipelajari. Namanya yang kemudian menjadi Idris adalah berasal dari kata darasa yang berarti belajar.

Tidak hanya kepandaian dalam hal membaca kitab, ia juga mengenalkan pakaian berjahit, kemudian menjadi orang pertama yang mempelajari ilmu perbintangan.

Bintang di langit bisa menjadi penunjuk arah mata angin, waktu bercocok tanam, dan memperkirakan cuaca

Ditemukan naskah dari zaman Nabi Idris yang disebut Kitab Henokh

Kisah Nabi Idris, Manusia Pertama yang Bisa Membaca dan Menulis

(foto: istockphoto)

Selain beberapa kelebihan di atas, ia juga manusia pertama yang menulis dengan memakai pena.

Para ilmuwan di zaman modern menemukan beberapa potong naskah kuno di Mesopotamia yang usianya satu zaman dengan Nabi Idris.

Sejarawan kemudian menyebut penemuan naskah kuno sebagai Kitab Henokh. Ada sebuah cerita di dalam kitab yang berisi tentang keberadaan peradaban-peradaban tertua yang sudah musnah ditelan bumi.

Ada juga catatan prediksi mengenai banjir besar yang menimpa penduduk bumi. Beberapa catatan sejarah memperkuat bukti penemuan karya tulis kuno di tempat yang dulu dihuni oleh bangsa Sumeria dan Babylon.

Di sanalah salah satu tempatnya menyeru kaumnya sebelum hijrah ke Mesir.

Umat manusia di zaman Nabi Idris memang cenderung sudah banyak kemajuan, terlihat dari 72 bahasa yang dituturkan dan bangunan-bangunan yang didirikan.

Baca juga: Sejarah Singapura, Awalnya Ditemukan oleh Sang Nila Utama dari Palembang

Nabi Idris dan para pengikutnya hijrah ke Mesir untuk berdakwah

Kisah Nabi Idris, Manusia Pertama yang Bisa Membaca dan Menulis

(foto: pinterest)

Nabi Idris mengingatkan tentang larangan berbuat maksiat atau kerusakan yang melanggar syariat dari Nabi Adam dan Nabi Syits. Tapi ternyata hanya segelintir yang taat.

Sebagian besarnya justru menentang ajaran yang dibawanya. Kemudian Nabi Idris berhijrah ke daerah yang penduduknya lebih banyak.

Pengikutnya pun diperintahkan untuk beranjak menuju Mesir. Sebagian pengikutnya menanyakan tentang tempat yang akan ditinggali selanjutnya.

“Jika kita pindah, maka tempat mana yang serupa tempat kita?”

Nabi Idris pun menjawab dengan tenang.

“Jika kita berpindah karena Allah, maka kita akan diberi rezeki yang serupa dengan tempat kita sebelumnya.”

Dari Babylon, Nabi Idris dan kaumnya berangkat ke Mesir. Saat melihat sungai Nil, sejenak ia berhenti dan memuji nama Allah.

Diberi kesempatan untuk merasakan mati, kemudian melihat surga dan neraka

Kisah Nabi Idris, Manusia Pertama yang Bisa Membaca dan Menulis

(foto: onepath)

Sebelum wafat di usia yang ke-345 tahun, Nabi Idris yang diberi banyak keistimewaan juga sempat dibawa oleh Malaikat Izrail untuk melihat surga dan neraka.

Sebelumnya Nabi Idris sempat meminta kepada Malaikat Izrail untuk merasakan sakaratul maut kemudian dihidupkan kembali. Malaikat Izrail menyatakan tidak akan mencabut nyawa siapa pun, kecuali atas izin Allah.

Ketika sebuah wahyu turun, Nabi Idris diperkenankan merasakan kematian, tapi sebentar saja. Begitu dihidupkan kembali, ia menangis dan tidak mampu membayangkan sakaratul maut yang dialami para manusia.

Sejak saat itu, Nabi Idris pun semakin giat berdakwah kepada umatnya untuk beribadah dan senantiasa jujur.