inspirasi

Keunikan Suku Maya, Bangsa Amerika Kuno dengan Peradaban Paling Maju di Zamannya

Penulis:   | 

Suku Maya termasuk bangsa kuno yang peradaban paling maju pada zamannya. Ada cukup banyak peninggalan yang membuktikan.

Mulai dari besarnya wilayah mereka, sistem aksara, bidang konstruksi bangunan, astronomi, dan kebudayan mereka memiliki riwayat yang menakjubkan.

Pada tahun 250 M-900 M bangsa Maya mengalami masa kejayan. Banyak kemajuan pesat ditorehkan saat itu.

Walau pada akhirnya suku ini mengalami keruntuhan dan ditinggalkan oleh penduduknya, bangsa Amerika kuno ini tetap memberi kekayaan tersendiri bagi dunia.

Baca juga: Kisah Hachiko, Anjing Legendaris yang Setia Menunggu Pemiliknya Selama 10 Tahun

Suku Maya mampu membangun daerah kekuasaan yang sangat luas

Keunikan Suku Maya, Bangsa Amerika Kuno dengan Peradaban Paling Maju di Zamannya

(foto: diversity-gender)

Saat di puncak kejayaan, Suku ini telah berurbanisasi secara besar-besaran ke Amerika selatan.

Bahkan mereka mampu membangun daerah kekuasaan yang sangat luas, meliputi Meksiko bagian tenggara Meksiko, seluruh wilayah Guatemala dan Belize, Honduras bagian barat, serta El Savador.

Peradabannya juga menyebar dari daratan utara semenanjung Yucatan dan juga dataran tinggi Sierra Madre. Wilayah pantai-pantai di Samudra Pasifik selatan juga menjadi daerah kekuasaannya.

Sebagai penanda jejak, mereka pun membangun banyak monumen. Dari situ orang-orang modern di kemudian hari dapat mengakui kemajuan intelektualitas mereka.

Memiliki sistem aksara yang dikenal dengan hieroglif Maya

Keunikan Suku Maya, Bangsa Amerika Kuno dengan Peradaban Paling Maju di Zamannya

(foto: britannica)

Sebagai bangsa yang berperadaban  tinggi, mereka memiliki sistem aksara yang dikenal dengan hieroglif Maya. Bentuk tulisannya memanfaatkan gambar dan juga simbol.

Model aksara mereka saat menjelaskan benda adalah menampilkan gambaran utuh dari benda yang dimaksud.

Bisa juga menjelaskan sesuatu sesuai sesuai dengan suku katanya. Misalnya untuk angka nol, mereka menggunakan simbol tempurung.

Beberapa bukti kemampuan literasi mereka pernah ditemukan di beberapa tempat, termasuk di monumen yang mereka bangun.

Ada sebuah manuskrip pernah ditemukan dan kemudian diberi nama Dresden Codex.

Diketahui para sejarawan bahwa manuskrip itu dibuat di Kerajaan Yucatan. Kini manuskrip Dresden Codex terdapat di kota Dresden, Jerman sejak tahun 1730-an.

Menurut temuan tersebut, mereka mencatat momen di mana astronom zaman mereka menemukan pergerakan planet.

Dresden Codex berisi perhitungan tentang pergerakan planet Venus di langit malam.

Baca: Burung Moa, Hewan Purba Raksasa yang Fosilnya Ditemukan di Selandia Baru

Memiliki sistem pengairan yang berkelanjutan  

Keunikan Suku Maya, Bangsa Amerika Kuno dengan Peradaban Paling Maju di Zamannya

(foto: culturetrip)

Suku ini memanfaatkan tanah dan sumber air secara berkelanjutan yang membuat mereka bertahan ribuan tahun.

Misalnya di sekitar situs arkeologi Chichen Itza di Semenanjung Yucatan, terdapat sebuah mata air suci Cenote Sagrado. Konon Cenote Sagrado ini khusus digunakan untuk upacara dan pengorbanan.

Cenote berarti lubang-lubang yang berisi air tapi bukan danau biasa. Selain berfungsi untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum dan mandi, cenote yang mereka buat juga menjadi lokasi yang sakral.

Di tempat itulah mereka sering melakukan pengorbanan manusia, khususnya anak-anak, untuk dipersembahkan pada Chaac si Dewa Hujan.

Suku Maya menggunakan tiga jenis kalender yang berbeda

 , Bangsa Amerika Kuno dengan Peradaban Paling Maju di Zamannya

(foto: pinterest)

Mungkin kita masih ingat tentang isu-isu kiamat yang dihubungkan dengan kalender Suku Maya. Melalui sistem penanggalan mereka, ada anggapan bahwa mereka telah meramalkan akhir dunia.

Bagaimana pun, sebenarnya ini juga menunjukkan sisi lain kemajuannya di bidang astronomi.

Ada tiga jenis kalender berbeda di Suku ini. Yang pertama adalah Tzolk’in atau kalender suci. Tzolk’in berlangsung selama 260 hari dalam setahun dan penting untuk upacara keagamaan.

Yang kedua adalah kalender sekuler yang berlangsung selama 365 hari tetapi belum mengenal tahun kabisat.

Yang terakhir adalah Long Count Calendar yang setiap tanggal 21 Desember menyelesaikan siklus utama. Inilah yang sempat memicu kehebohan terkait isu kiamat.

Sebagai bangsa kuno merela juga sudah mengamati matahari, bintang-bintang, dan pergerakan bulan. Mereka pun menafsirkan cuaca dan iklim, siklus siang dan malam, dan pergantian musim.

Mereka pun menetapkan perhitungan tahun yang di setiap akhir tahunnya ada lima hari penting, yaitu hari suci untuk merenung dan introspeksi terkait berbagai hal di kehidupannya.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.