inspirasi

Alexander Fleming, Ilmuwan yang Tidak Sengaja Menemukan Antibiotik Penicilin

Penulis:   | 

Kamu mungkin pernah sakit lalu ke dokter dan diberi antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri dalam tubuh.

Kadang dokternya memberi obat yang diberi keterangan ‘harus habis’. Obat yang harus dihabiskan pasien adalah antibiotik.

Salah satu antibiotik paling terkenal di dunia adalah penicilin. Tahukah kamu siapakah orang yang menemukan antibiotik penicillin? Penemu penicilin yang tercatat dalam sejarah adalah Alexander Fleming.

Uniknya, penemuannya terjadi karena tidak sengaja setelah Perang Dunia I.

Baca juga: Illuminati, Kelompok Rahasia yang Dikaitkan dengan Konspirasi di Dunia

Membuat penelitian tentang anti bakteri karena prihatin dengan luka para tentara

Alexander Fleming, Ilmuwan yang Menemukan Antibiotik Penicilin secara Tidak Sengaja

(foto: befren)

Alexander Fleming adalah seorang ilmuwan Skotlandia kelahiran 6 Agustus 1881 di kota Lechfield. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara.

Seperti kakaknya, ia belajar di St. Mary’s Hospital Medical School. Usai Perang Dunia I, ia membuat sebuah penelitian tentang anti bakteri lantaran rasa prihatin melihat banyaknya kematian tentara karena infeksi luka.

Antiseptik yang digunakan saat itu ternyata cenderung melawan sistem imunitas tubuh dan tidak kiat melawan tumbuhnya bakteri infeksi.

Ia sempat menjelaskan antiseptik cukup efektif untuk luka di permukaan, tapi untuk luka dalam malah jadi ‘tempat perlindungan’ bakteri.

Termasuk ilmuwan berjiwa seni yang suka melakukan hal-hal tak terduga

Alexander Fleming, Ilmuwan yang Menemukan Antibiotik Penicilin secara Tidak Sengaja

(foto: flickr)

Selain meneliti, ia juga punya hobi melukis. Bukan dengan kanvas layaknya pelukis profesional tapi ia melukis dengan cawan petri.

Lukisannya berbentuk rumah, balerina, prajurit, wajah manusia, dan masih banyak lagi.

Sebagai ilmuwan berjiwa seni, ia kerap melakukan sesuatu tak terduga di luar penelitian. Bahkan salah satu penemuan terpentingnya dilakukan secara tidak sengaja.

Suatu ketika, ia mengerjakan proyek penelitian dengan memakai bakteri stafilokokus. Walau sebenarnya rencana awalnya ia hanya liburan di kampung halaman di kota Suffolk.

Ia lakukan sejumlah eksperimen bakteri Staphylococcus aureus dalam cawan petri. Memang sedikit ceroboh, ia meninggalkan laboratorium cukup lama saat penelitian berlangsung.

Laboratorium yang digunakannya sekarang jadi bagian dari kampus Imperial College London.

Baca juga: Jembatan Stari Most, Saksi Bisu Perang Antar Etnis di Bosnia-Herzegovina

Menemukan sampel penelitian penicilin setelah berlibur di kampung halaman

Alexander Fleming, Ilmuwan yang Menemukan Antibiotik Penicilin secara Tidak Sengaja

(foto: thestudentnewspaper)

Saat ia kembali ke laboratorium, ternyata ada bakteri yang terkontaminasi jamur pada cawan petri yang terbuka.

Ia melihat hal yang aneh, yaitu bagian tepian koloni bakteri tidak tumbuh. Padahal di bagian yang lain, bakteri tetap tumbuh.

Ketika ia menumbuhkan koloni jamur dalam media murni, maka jamur pun menghasilkan senyawa yang mematikan bakteri.

Setelah itu kamur pun berhasil teridentifikasi yang asalnya dari genus Penicilium. Tanggal 7 Maret 1929 ia memberi nama pada senyawa yang teridentifikasi sebagai Penicilin.

Penicilin kemudian terkenal sebagai antibiotik yang pertama dipakai untuk menangani beragam penyakit karena bakteri. Sampel asli penicilium juga sudah diawetkan di kampus Imperial College London.

Penelitian sempat terhenti, penicilin kembali dikembangkan saat Perang Dunia II

Alexander Fleming, Ilmuwan yang Menemukan Antibiotik Penicilin secara Tidak Sengaja

(foto: wonderopolis)

Karena sejumlah alasan, penelitian harus berhenti sejenak. Ternyata antibiotik ini begitu sulit untuk diproduksi. Sampai pada akhirnya meletuslah Perang Dunia II.

Antibiotik ini akhirnya dikembangkan lagi dan dianggap menjadi obat yang ajaib. Ernst Boris Chain dan Howard Florey melanjutkan penelitiannya dengan dukungan biaya dari Amerika dan Inggris.

Waktu itu, metode untuk produksi obat pun berkembang pesat. Ada sekitar 2,3 juta dosis diproduksi pada tahun 1944 dan bertambah lagi menjadi 646 miliar dosis lain diproduksi tahun 1945.

Alhasil, peristiwa kematian tentara perang pun berkurang sampai 15 persen. Atas kontribusinya, ia memperoleh hadiah Nobel bersama Chain dan Florey pada tahun 1945.