kuliner

Sejarah Gudeg Jogja, ‘Ditemukan’ oleh Prajurit Kerajaan Mataram

Penulis:   | 

Yogyakarta terkenal dengan banyak hal, misalnya wisata, budaya, sejarah, dan kulinernya. Salah satu menu makanan terkenal dari Yogyakarta adalah gudeg.

Popularitasnya sudah sampai ke seantero negeri, bahkan sampai turis mancanegara pun mulai mengenalnya saat berkunjung ke Yogyakarta.

Sejarah telah mencatat bahwa makanan khas Yogjakarta ini ternyata memiliki kisah yang menarik di masa lalu, yaitu pernah jadi santapan prajurit kerajaan.

Bisa dibilang kalau ‘penemuan’ resep gudeg jogja seiring dengan pembangunan Kerajaan Mataram Islam.

Baca juga: Asal Usul Wingko Babat, Kue Kelapa yang Diperebutkan Dua Kota

Dibuat dari bahan utama nangka muda dan disukai oleh hampir semua golongan masyarakat

Sejarah Gudeg Jogja, 'Ditemukan' oleh Prajurit Kerajaan Mataram

(foto: foodspot)

Gudeg sebagai kuliner tradisional yang sampai sekarang masih bertahan disukai oleh hampir semua golongan. Pada zaman dahulu, para raja beserta prajurit, para pekerja, atau rakyat kebanyakan juga menyukai.

Gudeg Jogja pada umumnya dibuat dari bahan nangka muda atau dalam bahasa Jawa disebut gori, kemudian dimasak sedemikian rupa hingga rasanya menjadi  manis, legit, dan gurih.

Masyarakat mengenal dua macam gudeg, yaitu gudeg basah dan kering. Yang biasa dimasak dan disajikan di rumah makan Yogyakarta adalah gudeg basah.

Gudeg kering adalah sebuah inovasi dari masyarakat yang ingin mengawetkan dan menjualnya untuk orang-orang yang tinggal di tempat jauh.

Gudeg kering bisa dikemas dalam kaleng yang lebih awet dan praktis, sehingga bisa dikirim melalui ekspedisi.

Yang mengolahnya pertama kali adalah prajurit Kerajaan Mataram saat membabat hutan

Sejarah Gudeg Jogja, 'Ditemukan' oleh Prajurit Kerajaan Mataram

(foto: go-travelly)

Resepnya pertama kali ditemukan pada abad ke-16 di era Panembahan Senopati yang mendirikan Kerajaan Mataram Islam.

Ketika akan membangun Kerajaan Mataram Islam, maka Panembahan Senopati membabat hutan belantara yang dikenal sebagai Alas Mentaok.

Kini daerahnya terbentang dari Sleman, Bantul sampai ke Kotagede, Yogyakarta. Prajurit dan pekerja membabat hutan bersama-sama.

Ternyata di dalam hutan banyak ditumbuhi pohon nangka dan juga pohon kelapa yang tumbuh dengan liar.

Dahulu nangka muda belum banyak dimanfaatkan. Nangka muda dan santan kelapa diolah di wadah besar untuk dimakan bersama.

Nangka dimasak dengan ditambah gula aren, macam-macam bumbu, dan rempah-rempah sambil diaduk dengan sendok berukuran besar seperti dayung.

Baca juga: Sambai Oen Peugaga Khas Aceh, Dibuat dari 44 Jenis Daun

Bukan hanya di Yogyakarta, tapi juga terkenal di Surakarta (Solo)

Sejarah Gudeg Jogja, 'Ditemukan' oleh Prajurit Kerajaan Mataram

(foto: wisatalah)

Agar lebih merata, seluruh bahannya  diaduk memutar-mutar. Setelah matang, teksturnya lembut dan bumbunya meresap ke dalam daging buah.

Namanya juga berasal dari proses memasaknya yang diaduk-aduk atau hangudeg dalam bahasa Jawa yang artinya diaduk-aduk.

Di kemudian hari, masyarakat mengenalnya dengan nama gudeg. Sekali memasaknya bisa dalam porsi besar agar bisa dimasak oleh orang banyak.

Memang makanan khas Jogja erat kaitannya dengan sejarah kerajaan, tapi makanan tersebut termasuk mudah diterima oleh lidah segala kalangan.

Meskipun sangat identik dengan Yogyakarta, tapi gudeg ternyata juga terkenal di Surakarta atau Solo.

Karena memang Kerajaan Mataram Islam yang dulunya dibangun oleh Panembahan Senopati terpecah jadi dua dan masih bertahan sampai sekarang, yaitu Kesultanan Yogyakarta (Ngayogyakarta Hadiningrat) dan Kasunanan Surakarta (Surakarta Hadiningrat).

Kuliner bersejarah yang wajib dicoba ketika berkunjung ke Yogyakarta

Sejarah Gudeg Jogja, 'Ditemukan' oleh Prajurit Kerajaan Mataram

(foto: teras)

Pakubuwana IX (1861-1893 M) dari Surakarta pernah menghidangkan nasi gudeg dan juga nasi liwet saat menjamu tamu rombongan seni yang menampilkan musik karawitan.

Sultan Hamengkubuwana X dari Yogyakarta juga suka dengan gudeg, khususnya adalah gudeg manggar.

Proses persebaran gudeg tercatat di Serat Centhini (1814-1823 M), khususnya di lingkungan Kasunanan Surakarta.

Sejak zaman dahulu sampai sekarang memang gudeg Jogja disukai oleh banyak kalangan, bahkan yang baru mencobanya saat ke Jogja pertama kali

Rumah makan yang menjual gudeg ada di berbagai tempat misalnya Wijilan, Ngasem, Gading, sampai ke Malioboro yang sangat terkenal sebagai ikon Yogyakarta.

Semakin banyak orang yang mengenal gudeg, maka hidangan tersebut jadi sajian yang spesial dan wajib dicoba saat ke Yogyakarta.

Penyajiannya bisa ditambah tempe, tahu, krecek, telur, atau ayam, yang dimasak dengan dibacem.

Meskipun bahan dasarnya sama sejak ratusan tahun, tapi tidak sedikit penjual yang kini mengkreasikan menu menjadi lebih menarik sesuai selera pembelinya.

TULIS KOMENTAR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.