inspirasi

Asal Usul Mitos Tuyul, Makhluk Halus yang Dipelihara untuk Mendatangkan Kekayaan

Penulis:   | 

Mayoritas warga negara Indonesia pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya tuyul. Makhluk ini digambarkan sebagai anak laki-laki kecil dan gundul yang memberi kekayaan pada pemiliknya.

Konon, orang yang memelihara tuyul harus memberi tumbal dalam selang waktu tertentu.

Walau tidak semua orang percaya dengan mitos tersebut, tapi keberadaannya cukup menarik untuk diteliti.

Mulai dari golongan orang yang dianggap memelihara sampai cara untuk mendapatkannya. Ternyata ada banyak fenomena yang muncul di masyarakat.

Baca juga: Suku Ainu, Penduduk Asli Jepang yang Keberadaannya Sempat Tidak Diakui

Dianggap tidak menakutkan atau mengganggu, tapi disenangi golongan tertentu

Asal usul Mitos Tuyul, Makhluk Halus yang Dipelihara untuk Mendatangkan Kekayaan

(foto: pinterest)

Antropolog Clifford Geertz sempat memberikan pandangan dalam penelitiannya tentang kepercayaan orang Jawa pada makhluk halus sejak tahun 1952 sampai 1954.

Pada karyanya yang dipublikasikan dengan judul Abangan, Santri, Priayi dalam Masyarakat Jawa, Geertz mengungkapkan bahwa makhluk yang mirip dengan sosok anak kecil sebenarnya bukan manusia, tapi anak dari makhluk halus yang lebih besar.

Keberadaannya tidak menakutkan, mengganggu, atau menyakiti. Makhluk ini justru banyak disenangi oleh golongan tertentu karena dipercaya memberi kekayaan.

Meskipun identik dengan klenik dan ilmu hitam, berdasarkan penelitian Geertz, makhluk ini dipandang sebagai bagian dari fenomena di masyarakat agraris.

Sampai ada sebutan bahwa ‘penemu’ tuyul adalah Clifford Geertz.

Orang yang memelihara tuyul bisa kehilangan kedudukannya di masyarakat

Asal usul Mitos Tuyul, Makhluk Halus yang Dipelihara untuk Mendatangkan Kekayaan

(foto: pinterest)

Di Jawa Timur yang menjadi objek penelitian Geertz, ada beberapa golongan masyarakat yang memelihara tuyul.

Tiga di antaranya adalah juragan tekstil, tukang jagal, dan tokoh masyarakat yang sudah haji.

Berdasarkan pengakuan masyarakat, tempat mendapatkan makhluk ini adalah di reruntuhan candi seperti Candi Borobudur, Candi Bongkeng, dan Candi Penataran. Ada juga yang mendapatkan dari makam Sunan Giri.

Konon, orang yang memelihara tuyul akan terlihat mudah meraih kekayaan. Tapi di saat bersamaan juga kehilangan status di masyarakat.

Menurut sejarawan Ong Hok Ham, kekayaan yang diperoleh melalui perjanjian dengan makhluk halus dianggap tidak terhormat.

Selain dipandang sebelah mata oleh lingkungan masyarakat, orang zaman dulu yang memelihara makhluk halus ini juga dinilai bukan lagi orang Jawa.

Baca juga: Pernah Terjadi Ledakan Nuklir, Chernobyl Jadi Kota Mati yang Berbahaya

Muncul karena kecurigaan pada pedagang pribumi dan etnis minoritas yang kaya  

Asal usul Mitos Tuyul, Makhluk Halus yang Dipelihara untuk Mendatangkan Kekayaan

(foto: pinterest)

Alasan mengapa di zaman dulu orang-orang di Jawa percaya kepada makhluk pemberi kekayaan ini, ternyata ada analisisnya dari segi kultural.

Alih-alih bersifat mistis, mitosnya terlahir dari masalah perekonomian di masyarakat.

Keberadaannya didorong oleh kesenjangan di lingkungan masyarakat agraris di Pulau Jawa. Gagasan memeliharanya menyebar di antara golongan pedagang pribumi dan etnis minoritas.

Meskipun seringkali yang terjadi sebenarnya hanya kecurigaan. Pedagang pribumi dan etnis minoritas yang kaya raya cenderung tidak mudah diterima di masyarakat tradisional.

Rakyat yang pada umumnya percaya dengan takhayul mudah curiga dengan asal usul kekayaan mereka. Kecurigaan berubah menjadi sentimen yang negatif dan tuduhan tanpa bukti.

Tuyul juga butuh dirawat dan meminta tumbal agar pemiliknya tidak tersiksa

Asal usul Mitos Tuyul, Makhluk Halus yang Dipelihara untuk Mendatangkan Kekayaan

(foto: dreamstime)

Sejarawan Peter Boomgard juga pernah mengungkapkan bahwa makhluk ini sudah eksis di Jawa sejak 1860-an saat masyarakat masih menghadapi pemerintahan kolonial Belanda.

Saat itu disebut setan gundul, seorang anak kecil berumur sekitar lima tahun yang tidak berambut.

Di kemudian hari, ternyata masyarakat modern pun masih ada yang beranggapan bahwa orang-orang kaya mungkin saja pernah melakukan perjanjian dengan setan gundul ini.

Setan gundul atau tuyul bisa ‘dikontrak’ dalam waktu tujuh tahun sambil dirawat dan diberi makan. Dengan kata lain, bahwa tuyul tidak gratis.

Begitu selesai kontraknya, orang yang memelihara harus siap mendapat siksaan.

Tapi, siksaan bisa ditunda sejenak kalau bisa memberikan tumbal satu ekor kerbau. Jika tidak diberi tumbal, maka akan mengorbankan keluarga, kerabat dekat, bahkan diri sendiri.