inspirasi

Asal Usul Congklak, Permainan Tradisional Tertua di Indonesia

Penulis:   | 

Congklak adalah permainan tradisional yang sudah familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu permainan tradisional tertua, congklak masih bisa bertahan sampai sekarang.

Apakah saat kecil kamu juga memainkannya? Tidak ada aturan tentang siapa yang pantas memainkannya. Tapi selama ini kebanyakan yang memainkannya adalah anak-anak dan remaja perempuan.

Hal itu terkait dengan sejarahnya, bahwa dahulu congklak adalah permainan para putri kerajaan.

Baca juga: Sejarah Badut, Penghibur di Kerajaan yang Berubah Jadi Sosok Menakutkan

Dahulu congklak sering dimainkan anak-anak perempuan bangsawan di istana

Asal Usul Congklak, Permainan Tradisional yang Tertua di Indonesia

(foto: pinterest)

Berdasarkan catatan dalam Het Dakonspel oleh AJ Resink-Wilkens, permainan ini sering dimainkan oleh anak-anak perempuan bangsawan di istana.

Sebagai permainan di kerajaan, papan congklak dahulu dibuat berukiran mewah. Kemudian ketika golongan rakyat ikut bermain, bahannya lebih sederhana seperti batu kerikil dan biji-bijian.

Anak-anak di perkampungan bermain congklak di atas permukaan tanah. Sejak pertama kali diciptakan, permainan ini banyak berubah.

Jika dahulu permainan dilakukan di atas tanah, sekarang alat untuk bermain terbuat dari bahan kayu atau plastik. Batu kerikilnya juga bisa diganti dengan kulit kerang, biji sawo, atau plastik juga.

Para pemain akan bergiliran mengedarkan batu kerikil lubang demi lubang

Asal Usul Congklak, Permainan Tradisional yang Tertua di Indonesia

(foto: worthpoint)

Sebelum bermain, anak-anak akan membuat lubang-lubang berukuran kecil dan berukuran sedang. Jumlah lubang berukuran kecil ada empat belas dan yang berukuran sedang ada dua.

Empat belas lubang kecil dibagi jadi dua baris, sedangkan kedua lubang berukuran sedang berada di ujung kanan dan ujung kiri. Begitu lubang selesai dibuat, semua lubangnya diisi dengan batu-batu kerikil sejumlah tujuh buah.

Jadi, untuk setiap pemain mendapat 49 batu kerikil yang akan dijalankan. Kedua lubang berukuran sedang tidak perlu diisi di awal.

Para pemain akan bergiliran untuk mengedarkan batu kerikil lubang demi lubang secara memutar.

Permainan berhenti ketika kerikil terakhir jatuh pada lubang yang kosong untuk kemudian mengambil kerikil milik lawan yang posisinya ada di depannya.

Kerikil yang didapat akan ditampung di lubang ukuran sedang. Permainan berhenti lantaran satu pihak dianggap kalah karena kerikilnya habis.

Baca juga: Napoleon Bonaparte, Kaisar Prancis yang Berambisi Menguasi Eropa

Berasal dari bangsa Afrika dan Arab yang pernah datang berdagang ke negara Asia

Asal Usul Congklak, Permainan Tradisional yang Tertua di Indonesia

(foto: catawiki)

Meskipun termasuk yang tertua di Indonesia, tapi permainan ini awalnya berasal dari bangsa Afrika dan Arab yang pernah datang untuk berdagang ke daerah Asia, khususnya Indonesia.

Seperti tercatat di Folklor Indonesia (1984) oleh James Dananjaya, permainan ini tersebar ke beberapa negara Asia dan Afrika, bahkan sampai Eropa.

Congklak juga memiliki beberapa ragam nama. Orang Jawa menyebutnya dakon atau dhakonan, sedangkan orang Malaysia menyebutnya congkak.

Orang Filipina menyebutnya sungka, sedangkan orang Inggris menyebutnya mancala.

Konon, permainan ini juga diaggap sama seperti mangala di Madagaskar dan Turki yang sudah ada sejak abad ke-17. Meski berbeda-beda nama, tapi aturan dalam permainannya hampir mirip dan dibuat sederhana.

Permainan bisa berlangsung dalam waktu yang disepakati masing-masing pemain. Bahkan bisa sampai lebih dari satu jam jika ada waktu luang.

Permainannya tidak untuk bersaing, melainkan hiburan yang menyenangkan

Asal Usul Congklak, Permainan Tradisional yang Tertua di Indonesia

(foto: indonesiaembassy)

Meski ada pemenang dan ada yang kalah, tapi sebenarnya permainan ini tidak kompetitif. Tujuannya hanya untuk hiburan melalui interaksi yang menyenangkan, tidak untuk memicu sebuah persaingan.

Bahkan lebih banyak mengajarkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran dan kesabaran. Meskipun banyak nilai kebaikan dalampermainan ini, tidak sedikit orang yang menilai bahwa permainan congklak kurang menantang.

Apalagi sekarang seiring dengan perkembangan teknologi, permaianan ini banyak ditinggalkan dan digantikan permainan yang memanfaatkan teknologi.

Seiring dengan kreativitas masyarakat yang masih menghargai sejarah dan budaya, banyak yang kemudian membuat congklak versi digital untuk dimainkan dengan smartphone.